Merenungi Al-Qur’an (5)
“Beri aku memikirkannya”, akhirnya Walid berkata: ”Tidaklah Al-Qur’an ini melainkan sihir yang dipelajarinya dari orang lain.” (Tafsir ad Durul Mantsur dikutip Dr Abdurrahman Umairah dalam Rijalun Nisa’ Anzalallahu Fihim Qur’anan ‘Tokoh-Tokoh yang Diabadikan Al-Qur’an).
Walid juga pernah berdialog dengan kawan-kawannya tentang apa yang pas untuk julukan kepada Muhammad. Koleganya menjuluki Muhammad sebagai penyair, tukang sihir, dukun dan ada yang menjulukinya dengan orang gila. Walid mengatakan: “Hai kaum Quraisy, kalian adalah orang yang memiliki perhitungan dan memiliki impian. Kalian mengatakan bahwa Muhammad itu gila. Apakah kalian pernah melihat dia gila?”
“Tidak pernah”
“Kalian mengatakan bahwa dia itu dukun. Apakah kalian pernah melihat dia mempraktikkan perdukunan?”
“Tidak pernah”
“Kalian juga mengatakan bahwa dia pendusta, apakah kalian pernah pengalaman didustai olehnya sedikit saja”
“Tidak pernah”
Lalu kaum Quraisy bertanya kepadanya:”Kalau begitu siapakah dia?”
Walid menjawab:”Dia adalah tukang sihir dan apa yang dikatakannya adalah sihir belaka.”
Maka Allah kemudian menurunkan ayat berikut:
“Sesungguhnya dia telah memikirkan dan menetapkan. Maka celakalah dia. Kemudian dia memikirkan, sesudah itu dia bermuka masam dan merengut, kemudian dia berpaling (dari kebenaran) dan menyombongkan diri. Lalu dia berkata: “(Al Qur’an) ini tidak lain hanyalah sihir yang dipelajari (dari orang-orang dahulu). Ini tidak lain hanyalah perkataan manusia.” (QS al Mudatsir 18-25).
Merupakan sunnatullah dakwah, bahwa orang-orang saleh mesti menghadapi orang-orang jahat. Imam Jalaluddin as Suyuti menyatakan, “Ketahuilah bahwa tidak pernah ada orang besar di suatu masa melainkan dia memiliki musuh dari kalangan orang hina. Sebab orang-orang mulia senantiasa diuji dengan orang-orang rendah. Adam berhadapan dengan Iblis, Nuh berhadapan dengan Ham dan selainnya. Dawud berhadapan dengan Jalut dan kawan-kawannya. Musa berhadapan dengan Firaun. Demikian selanjutnya hingga Nabi Muhammad. Beliau juga berhadapan dengan Walid bin Mughirah, Abu Jahal, kelompok musyrikin dan pengabdi kekafiran. Mereka terus menghadapi beliau hingga mereka berhasil mengusir beliau dari negeri sendiri. Kadang-kadang mereka menuduh beliau dengan tukang sihir atau orang gila. Allah Taala berfirman: “Dan seperti itulah, telah Kami adakan tiap-tiap Nabi, musuh dari orang-orang berdosa. Dan cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong.” (al Furqan 31).
Karena berbagai sifat buruk Walid bin Mughirah, Al-Qur’an menyatakan:
وَلَا تُطِعْ كُلَّ حَلَّافٍ مَهِينٍ (10) هَمَّازٍ مَشَّاءٍ بِنَمِيمٍ (11) مَنَّاعٍ لِلْخَيْرِ مُعْتَدٍ أَثِيمٍ (12) عُتُلٍّ بَعْدَ ذَلِكَ زَنِيمٍ (13) أَنْ كَانَ ذَا مَالٍ وَبَنِينَ (14) إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آَيَاتُنَا قَالَ أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ (15)
“Dan janganlah kamu ikuti orang-orang yang banyak bersumpah lagi hina. Yang banyak mencela yang kian kemari menghambur fitnah. Yang sangat enggan berbuat baik, yang melampaui batas lagi banyak dosa yang kaku lagi kasar.. Selain dari itu, yang terkenal kejahatannya, karena dia mempunyai (banyak) harta dan anak. Apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata,”(Ini adalah) dongengan orang-orang dahulu kala.” (al Qalam 10-15).