Merenungi Al-Qur’an (9)
Jadi orang-orang munafik ini menyatakan beriman kepada Allah, RasulNya dan hari kiamat, tapi dalam hati mereka sebenarnya tidak beriman. Orang munafik juga mengaku bahwa mereka tidak membuat kerusakan di muka bumi (membunuh orang yang tidak bersalah, berzina, merampok, berbohong dll), tapi sejatinya mereka membuat kerusakan. Orang munafik menganggap orang-orang beriman itu bodoh.
Di ayat 8 sampai 20 ini juga sebenarnya membahas tentang orang-orang kafir. Terutama orang-orang kafir yang memusuhi Islam. Orang kafir ini bersatu dengan orang munafik untuk melemahkan kekuatan Islam. Orang munafik ini mungkin KTP nya Islam, tapi ia tidak pernah membantu kaum Muslimin. Ia lebih suka bersekongkol dengan kaum kafir untuk menghantam Islam. Persekongkolannya ini bisa karena tujuannya mendapat materi. Jabatan atau hal-hal duniawi lainnya.
Di dalam sejarah Rasulullah orang munafik itu digambarkan dengan profil Abdullah bin Ubay. Tokoh munafik Madinah ini rupa-rupanya ‘memendam dendam’ pada Rasulullah saw. Sebelum Rasul datang, ia berharap menjadi pemimpin di Madinah, tapi ketika Rasul datang, gagal keinginannya. Kaum Muslimin di Madinah tidak ada yang suka kepada Abdullah bin Ubay, mereka semua ‘tunduk dan hormat’ kepada Rasulullah pemimpin teladan.
Abdullah bin Ubay kadang-kadang menyebarkan berita bohong. Seperti penyebaran isu Aisyah berselingkuh. Atau sering juga menghalang-halangi penduduk Madinah untuk berperang atau berjihad bersama Rasulullah.
Dalam alam modern ini kita bisa identifikasi ciri-ciri orang munafik. Pertama, suka bersekongkol dengan kaum kafir untuk menghantam Islam. Kedua, kritis terhadap kaum Muslim, tapi ‘mlempem’ (tunduk) terhadap kaum kafir. Ketiga, suka bekerjasama dengan kaum kafir karena mendapat limpahan materi dan jabatan. Keempat, tidak mau berjuang untuk menjayakan Islam ketika diberi amanah kepemimpinan.
Sifat kaum munafik yang menghantam keras Islam dari dalam itu, menyebabkan Allah mengancam kaum munafik dengan neraka yang paling dalam.
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرً
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.” (an Nisa’ 145)
Dalam ayat lainnya, Allah menyatakan bahwa kaum kafir dan kaum munafik ini akan sama-sama di dalam neraka Jahannam.
وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّىٰ يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ ۚ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا
“Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam Al-Qur’an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam,” (an Nisa’ 140)