NUIM HIDAYAT

Merenungi Al-Qur’an (9)

“Itulah salat orang munafik. Itulah salat orang munafik. Itulah salat orang munafik. (Yaitu) ia menunggu matahari sampai hampir terbenam kemudian ia berdiri (untuk salat Asar), lalu mempercepat (tanpa ada rasa khusyuk sedikit pun) empat rakaat, tanpa mengingat Allah di dalamnya kecuali sedikit sekali.” (HR Muslim).

Ini selaras dengan firman Allah SWT,

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (an Nisa’ 142)

Bila kita pernah melakukan hal-hal di atas, berarti ada tanda-tanda kemunafikan pada diri kita. Marilah kita segera beristighfar pada Allah SWT.

Begitu banyaknya tanda-tanda munafik di dalam Al-Qur’an dan Hadits Rasulullah, para sahabat takut di dirinya ada sifat munafik. Seperti disebutkan Ibnu Abi Mulaikah (wafat 117 Hijirah), “Aku bertemu dan berteman dengan 30 sahabat besar Nabi saw yang selalu merasa ketakutan bila digolongkan sebagai munafik. Tidak ada seorang pun di antara mereka yang menyombongkan keimanan dan kesalehannya ataupun membual.”

Yang menarik, mengapa Al-Qur’an di awal-awal surat al Baqarah ini menggolongkan manusia menjadi muttaqin, kafir dan munafik. Penggolongan manusia dengan kategori ini berbeda dengan ‘ilmu sosiologi sekuler’ yang menggolongkan manusia misalnya, yang kaya dan miskin, yang mempunyai jabatan tinggi dan rendah dan seterusnya.

Organisasi Islam, seperti Nahdhatul Ulama saja misalnya, tidak berani menggolongkan manusia menjadi Muslim dan kafir. Untuk konteks bernegara mereka setuju memakai istilah dengan non Muslim, bukan kafir.

Bila kita renungkan, penggolongan manusia dalam Al-Qur’an menjadi tiga itu (muttaqin, kafir dan munafik) adalah penggolongan yang sangat tepat dan mendasar. Kenapa? Karena muttaqin ditandai dengan sifat-sifat mulia dalam diri manusia, sedangkan kafir dan munafik ditandai dengan sifat-sifat yang buruk dalam diri manusia.

Dalam perjuangan memuliakan Islam, kita akan menemui orang-orang munafik ini. Begitu pentingnya masalah orang munafik ini, Allah ‘menyediakan’ satu khusus surat yang bernama Al Munafiqun. Surat yang terdiri hanya 11 ayat ini, dalam Al-Qur’an diapit dengan surat al Jumuuah dan surat at Taghabun.

Selain kafir dan munafik, Al-Qur’an juga memberi istilah zalim dan fasik untuk orang-orang yang mempunyai sifat buruk. Al-Qur’an menegaskan bahwa orang itu adalah orang yang fasik (dan zalim).

الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ ۚ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ ۚ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ ۗ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.” (at Taubah 67) []

Nuim Hidayat

Laman sebelumnya 1 2 3 4

Artikel Terkait

Back to top button