NUIM HIDAYAT

Merenungi Makna Surat al Mulk (2)

Berbahagialah mereka yang bertobat dan kemudian mengamalkan Al-Qur’an dengan sebaik-baiknya. Allah Maha Pengasih dan Penyayang serta mengampuni dosa-dosa hambaNya meskipun dosa itu memenuhi langit dan bumi.  Allah berfirman, “Katakanlah, “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (Az Zumar 53).

Anas bin Malik menceritakan bahwa Rasulullah bersabda, “Allah Ta’ala berfirman, ”Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau menyeru dan mengharap pada-Ku, maka pasti Aku ampuni dosa-dosamu tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya dosamu membumbung tinggi hingga ke langit, tentu akan Aku ampuni, tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya seandainya engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi dalam keadaan tidak berbuat syirik sedikit pun pada-Ku, tentu Aku akan mendatangi-Mu dengan ampunan sepenuh bumi pula,” (HR. Tirmidzi).

“Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba, selama (ruh) belum sampai di tenggorokan”. (HR. At Tirmidzi). Meski demikian, seorang Muslim tidak dibolehkan mengulang-ulang dosa yang ia perbuat. Karena ia tidak tahu kapan Allah mengambil nyawanya. Tentu seseorang tidak mau diambil nyawanya ketika sedang melakukan dosa besar (menyekutukan Allah/syirik, zina, membunuh tanpa alasan yang benar, merampok dan lain-lain).

وَلَقَدْ كَذَّبَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَكَيْفَ كَانَ نَكِيْرِ

“Dan sungguh, orang-orang yang sebelum mereka pun telah mendustakan (rasul-rasul-Nya). Maka betapa hebatnya kemurkaan-Ku.” (al Mulk 18)

Ya bagaimana siksaan Allah yang dahsyat mengenai kaum Nabi Nuh, Nabi Luth, Nabi Hud dan lain-lain.  Yang monumental adalah musibah yang diberikan kepada kaum Nabi Musa. Dimana penguasa yang menganggap dirinya Tuhan, yaitu Firaun, akhirnya ditenggelamkan Allah bersama pasukannya di Laut Merah. Hal ini mengandung hikmah bahwa bila seseorang diangkat menjadi pemimpin jangan sombong dan merasa bahwa ialah yang paling hebat di dunia. Padahal sebenarnya ia hanyalah makhluk kecil yang sewaktu-waktu Allah bisa ambil nyawanya.

Firaun adalah simbol penguasa yang zalim, yang hanya menuruti nafsunya pribadi dan tidak mau berpegang pada syariat Allah. Karena banyak di dunia ini penguasa seperti Firaun, maka Allah mengabadikan jasadnya agar manusia tidak menjadi Firaun ketika ia memegang kekuasaan negara. Allah berfirman, ”Maka pada hari ini Kami selamatkan jasadmu agar engkau (Firaun) dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang setelahmu, tetapi kebanyakan manusia tidak memperhatikan tanda-tanda (kekuasaan) Kami.” (Yunus 92)

اَوَلَمْ يَرَوْا اِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صٰۤفّٰتٍ وَّيَقْبِضْنَۘ مَا يُمْسِكُهُنَّ اِلَّا الرَّحْمٰنُۗ اِنَّهٗ بِكُلِّ شَيْءٍۢ بَصِيْرٌ اَمَّنْ هٰذَا الَّذِيْ هُوَ جُنْدٌ لَّكُمْ يَنْصُرُكُمْ مِّنْ دُوْنِ الرَّحْمٰنِۗ اِنِ الْكٰفِرُوْنَ اِلَّا فِيْ غُرُوْرٍۚ

“Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pengasih. Sungguh, Dia Maha Melihat segala sesuatu. Atau siapakah yang akan menjadi bala tentara bagimu yang dapat membelamu selain (Allah) Yang Maha Pengasih? Orang-orang kafir itu hanyalah dalam (keadaan) tertipu.” (al Mulk 19-20)

Ya Allah Yang Maha Pengasih yang membuat burung bisa bertahan dengan sayapnya di udara. Fenomena burung ini menjadikan ilmuwan Muslim Ibnu Firnas (810-887M) dari Cordoba, melakukan uji coba terbang seperti burung. Dari inspirasi Ibnu Firnas ini akhirnya ilmuwan Barat mengembangkan industri pesawat terbang.

Kekuatan spiritual (ruhiyah) hubungan dengan Allah ini menjadikan seorang Muslim menjadi pemberani. Ia yakin bahwa Allah yang akan menolongnya dimanapun ia berada. Kekuatan ruhiyah ini yang menjadikan Rasulullah dan para sahabat menang dalam berbagai pertempuran meskipun jumlah pasukan sering tidak seimbang. Dalam Perang Badar misalnya jumlah pasukan Muslim hanya sepertiga kaum Musyrikin. Dalam perang Mu’tah jumlah pasukan kaum Muslim 3.000, kaum kafir 100.000. Meski jumlah pasukan Muslim sedikit, tapi karena hubunganNya dengan Allah kuat, kaum Muslim sering diberi kemenangan Allah SWT.

Ulama besar Taqiyuddin an Nabhani membagi kekuatan manusia menjadi tiga. Kekuatan ruhiyah, kekuatan maknawiyah (semangat) dan kekuatan materi. Kekuatan materi adalah yang  yang paling lemah. Kekuatan ruhiyah adalah yang paling kuat. Pasukan Kristen Belanda meski dengan persenjataan modern dan canggih, kalah dengan pasukan Muslim Indonesia yang senjatanya hanya bambu runcing, keris, pedang dan pistol murahan. Pasukan Muslim Indonesia saat itu mempunyai kekuatan ruhiyah dan maknawiyah yang besar dalam menghadapi pasukan kafir Belanda. Pasukan Afghanistan dengan kekuatan ruhiyahnya sanggup mengusir dua pasukan terbaik di dunia, Rusia dan Amerika. Pasukan Vietnam dengan kekuatan semangat sanggup mengusir tentara Amerika dengan persenjataan dan teknologi canggihnya.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button