NUIM HIDAYAT

Merenungi Makna Surat al Mulk (2)

هُوَ الَّذِيْ جَعَلَ لَكُمُ الْاَرْضَ ذَلُوْلًا فَامْشُوْا فِيْ مَنَاكِبِهَا وَكُلُوْا مِنْ رِّزْقِهٖۗ وَاِلَيْهِ النُّشُوْرُ

Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu yang mudah dijelajahi, maka jelajahilah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nyalah kamu (kembali setelah) dibangkitkan. (al Mulk 15)

Inilah ciri Islam. Agama universal. Agama untuk seluruh manusia. Firman Allah, “Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”

Seorang Muslim adalah seorang yang nasionalis dan sekaligus internasionalis. Ia ingin memakmurkan negaranya dan sekaligus bumi alam semesta. Maka dalam Islam, ukhuwah Islamiyah (persaudaraan Islam) lebih tinggi dari ukhuwah wathaniyah (persaudaraan nasional). Seorang Muslim melihat bumi ini adalah satu ciptaan Allah Yang Maha Kuasa. Ia ingin antar negara saling bersaudara, saling membantu, bukan saling melemahkan atau saling memiskinkan. Hubungan satu negara dengan negara lain harusnya bersifat simbiosis mutualisme, bukan simbiosis parasitisme.

Bahaya nasionalisme sekuler adalah menempatkan kepentingan negaranya di atas negara-negara lain. Sehingga negara-negara lain boleh rusak atau miskin, asal negaranya kaya dan makmur. Egoisme nasionalisme ini yang menyebabkan kerusakan dunia.

Baca juga: Merenungi Makna Surat al Mulk (1)

Seorang Muslim dimanapun ia berada, ingin selalu berbuat kebaikan. Ia berbuat baik bukan karena negaranya, tapi karena rasa syukurnya kepada Allah SWT, Tuhan yang mengasihinya. Tuhan yang memberinya nyawa, alat indera dan kelengkapan tubuh untuk beraktivitas sehari-hari.

Ia sadar hidupnya tidak lama di dunia ini. Karena itu ia pergunakan sebaik-baiknya untuk banyak melakukan kebaikan. Suatu saat jasadnya akan musnah dan ruhnya kembali menghadapi Yang Maha Pencipta, Allah SWT.

“Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun.” (al A’raf 34). Dalam ayat ini termaksud bukan hanya manusia yang ajalnya tidak dapat ditunda, sebuah bangsa (umat) juga suatu saat akan menemui ajalnya. Bangsa itu menemui ajalnya ketika asasnya negaranya berubah, visinya berubah, dan mayoritas rakyatnya ingin perubahan lebih baik. Bangsa Indonesia 20 tahun pertamanya dirangkul komunisme, 56 tahun berikutnya dirangkul kapitalisme, akankah 2022 dirangkul Islam? Tergantung pemimpin dan rakyatnya. Kita berdoa semoga. Karena hanya dengan Islam lah Indonesia akan menjadi negara besar dan disegani negara-negara lain. Islam yang diperjuangkan para pahlawan kemerdekaan dan Masyumi perlu dijadikan panduan agar bangsa ini bergerak ke arah yang benar. Bukan seperti saat ini dimana bangsa kita menjadi ‘antek Cina’.

ءَاَمِنْتُمْ مَّنْ فِى السَّمَاۤءِ اَنْ يَّخْسِفَ بِكُمُ الْاَرْضَ فَاِذَا هِيَ تَمُوْرُۙ اَمْ اَمِنْتُمْ مَّنْ فِى السَّمَاۤءِ اَنْ يُّرْسِلَ عَلَيْكُمْ حَاصِبًاۗ فَسَتَعْلَمُوْنَ كَيْفَ نَذِيْرِ

“Sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan membuat kamu ditelan bumi ketika tiba-tiba ia terguncang? Atau sudah merasa amankah kamu, bahwa Dia yang di langit tidak akan mengirimkan badai yang berbatu kepadamu? Namun kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku.” (al Mulk 16-17)

Gempa bumi, banjir dan sebagainya adalah karena kelalaian manusia sendiri. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan seharusnya bencana-bencana yang akan menimpa bumi bisa diprediksi. Kecuali Hari Kiamat, dimana planet-planet di alam semesta akan bertubrukan, maka saat itu semua jasad manusia akan musnah. Allah akan mengganti dengan dunia lain, yaitu akhirat. Dan manusia akan mempertanggungjawabkan semua perbuatannya ketika ia masih hidup.

1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button