Miss Queen: Individu Miskin Iman, Negara Miskin Proteksi
Kebanyakan transgender terbentuk oleh trauma masa lalu dan lingkungan. Pernah kecewa pada sosok laki-laki, melihat kelakuan ayahnya yang KDRT pada ibunya. Lalu membenci sosok laki-laki, dan mendapati bahwa dirinya pun laki-laki. Hingga ia merasa tak nyaman atas kelaki-lakiannya.
Ia pun beradaptasi dengan lingkungan mayoritas perempuan. Memposisikan diri serta bergaya sebagai perempuan. Hingga semakin menjadi-jadi penyimpangan jiwanya. Ini gangguan mental namanya. Bukan penyakit bawaan yaitu kelainan genetik atau kromosom.
Sekularisme telah mendangkalkan akidah umat. Ketika agama hanya ada di pojok masjid, di atas sajadah, dan di lingkaran tasbih. Lahirlah individu yang split kepribadian, mentalnya terpecah. Ditambah lagi dengan racun liberalisme yang semakin memiskinkan akidah. Merasa fine-fine saja saat mengingkari ketetapan Allah tentang jenis kelamin saat lahir.
Selain itu, industri hiburan juga terus memproduksi figur transgender. Peran sebagai transgender menjadi pundi-pundi uang yang menggiurkan. Sistem kapitalisme menghalalkan segala cara demi mendapat kekayaan sebab asasnya sekuler.
Tumbuh suburnya industri hiburan berhubungan dengan kebijakan sebuah negara. Dunia hiburan yang diwarnai dari kaum lunak, kontes Miss Queen, bukti nyata negara miskin proteksi. Negara berfungsi untuk memfasilitasi kebebasan individu. Tanpa melihat lagi apakah kebebasan tersebut melanggar norma agama dan sosial.
Dalam Islam, kita wajib beriman pada ketepatan atau qadha Allah. Ia termasuk satu dari rukun iman. Terlahir menjadi laki-laki atau perempuan adalah qadha Allah atas diri kita. Kewajiban kita hanya mengimani dan menerimanya dengan sepenuh hati.
Salah satu fungsi negara adalah untuk menjaga akidah manusia. Akan ditutup semua peluang yang bisa membahayakan akidah. Sistem sosial Islam akan mengatur pergaulan laki-laki dan perempuan. Sistem pendidikan Islam akan melahirkan generasi yang berkepribadian Islam.
Industri hiburan akan dibangun dalam rangka memperkuat akidah umat. Jadi tak sekedar menghasilkan tawa yang semu. Namun tawa bahagia demi melihat kegemilangan peradaban Islam. Sebab ridha Allah adalah standar bahagia manusia di sistem Islam.
Menjadi transgender adalah aib. Dalam Al-Qur’an disebut sebagai kemaksiatan yang besar. Mengingat kaum nabi Luth, Allah timpakan azab atas kemaksiatan tersebut. Untuk mencegah datangnya azab Allah, maka manusia harus mencegah kemaksiatan dengan amar ma’ruf nahiy munkar.
Keluarga dan masyarakat Islam takkan membiarkan individu berperilaku menyimpang menjadi transgender. Akan ada edukasi dan upaya penyadaran bagi mereka yang terindikasi menyimpang. Negara juga sudah menyiapkan seperangkat hukum yang keras untuk mereka yang tetap memilih menyimpang setelah diedukasi dan diajak kembali ke jalan yang lurus.