OPINI

Momen Menyudutkan HRS dan Sepak Terjangnya

Setelah ditahan dan menjadi tersangka atas kasus kerumunan, rasanya tak cukup untuk menjegal “Pitung Modern” itu. Mulai dari status lahan Pesantren di Megamendung kembali diungkit, pun kasus chat fiktif yang sudah di SP3 ikutan mewarnai menjegal gerak-langkahnya.

Bukan tak mungkin, kasus lain yang “terkesan” dipaksakkan akan menambah daftar untuk membelit HRS. Bahkan, FPI pun akhirnya dilarang. Menyaksikan itu, banyak kalangan skeptis akan kualitas hukum di negeri pertiwi ini.

Akan di bawa kemana marwah negara?

Apa begitukah hukum selamanya, sekali menyindir oknum kekuasaan maka dijadikan alat pemukul. Istilah sama di depan hukumpun, yang lama ini dipahami berwujud paradoks.

Media yang tak pro-aspirasi Islam, nampaknya tengah bersorak-sorai dengan peristiwa hangat terjadi. Terlihat begitu bombastis memberitakan seakan HRS adalah narapidana kelas kakap yang telah merugikan bangsa. Kalau jauh macam mereka yang telah nyata mengeruk kekayaan negara. Demi hasrat pribadi dan kelompoknya.

Bisa jadi, ini alibi untuk menarik perhatian publik agar kasus penyelidikan penembakan terhadap enam laskar FPI di tol KM-50 itu tak lagi disorot. Fokusnya dialihkan. Demikian suara di jalanan yang sempat saya dengar.

Saya percaya, mental HRS tak akan terganggu. Apalagi surut perjuangannya dengan segala tipu muslihat yang dilancarkan siapa yang tak setuju dengan sepakterjangnya. Waktu telah membentuk jiwanya untuk tetap survive dengan peristiwa apa pun.

Tak hanya HRS, seluruh keluarga besarnya pun amat paham dengan risiko perjuangan. Hemat saya, patut menjadi perhatian adalah para pencinta Habib yang kurang memahami risiko medan juang serta terkena provokasi.

Tentu doa saya, ini tak terjadi. Setidaknya, pergerakan solid dari keluarga besar FPI yang tetap berpikir jernih di tengah belitan kasus yang menusuk rasa.

Momen ini memang memuakkan, tapi lagi, siapa pun tak boleh pesimis. Rintangan yang ada patutnya juga membaguskan barisan agar tetap satu jalan dengan niat tulus lagi benar. Insyaallah, jalan terjal ini mengantarkan pada kemenangan yang lama dicita-citakan. Semoga! []

Pandeglang, 30/12/2020

Mahyudin An-Nafi

Artikel Terkait

Back to top button