Nafsu Kuasa, RK dan Patung Bung Karno
Nafsu Kuasa ada dalam diri manusia. Bila ia tidak bisa mengendalikan, ia akan seperti Fir’aun.
Al-Qur’an menggambarkan Fir’aun adalah tipe manusia yang ingin seperti Tuhan. Perkataannya harus selalu dituruti. Tak mau mendengar orang lain yang lebih bijak. Ia merasa bisa berbuat segalanya. Menghidupkan atau mematikan manusia. Menyejahterakan atau memiskinkan rakyatnya dan seterusnya.
Fir’aun yang sombong dan zalim ini akhirnya mati dalam keadaan sengsara. Mati ketika ingin membunuh orang yang mulia dan bijaksana, Nabi Musa. Mati yang ia tidak sangka, tenggelam dalam lautan.
Dalam zaman modern penguasa seperti Fir’aun ini mungkin bisa diibaratkan seperti Lenin, Stalin, Mao Ze Dong dan lain-lain.
Di sisi lain, ada manusia yang bisa mengendalikan nafsu kuasanya sesuai fitrah manusia. Kekuasaannya didukung penuh masyarakatnya. Kejujurannya, kecerdasannya, kebijaksanaannya dan tingkah lakunya menjadi teladan bagi manusia. Dia lah Nabi Muhammad Saw.
Rasulullah -dengan bimbingan wahyu- tahu kapan kekuasaan harus dipegang dan kapan kekuasaan harus dilepaskan. Ketika di Mekkah, saat dakwah baru mulai, Rasulullah ditawari kekuasaan oleh kaum kafir Quraisy. Rasulullah menolak, karena kuasa itu diberikan dengan syarat bahwa dakwah harus dihentikan. Rasul menempatkan dakwah di atas kekuasaan.
Bagi Rasulullah kekuasaan adalah sarana untuk dakwah (amar makruf nahi mungkar). Untuk apa kekuasaan diperoleh bila dakwah tidak dilakukan. Dakwah adalah kewajiban baik orang itu punya kekuasaan atau tidak. Mengajak pada jalan Allah adalah perbuatan yang paling mulia. (Lihat QS Fushshilat 33).
Kini kita lihat di tanah air, orang berlomba meraih kekuasaan banyak karena nafsu belaka. Ingin dihormati, ingin ditepuktangani, ingin dipuji, ingin punya anak buah banyak, ingin kata-katanya dituruti dan seterusnya. Banyak dari pemimpin di negeri ini yang tidak menempatkan dakwah menjadi tujuan utama kuasa. Padahal ia pemimpin Muslim. Kalau ia kafir jelaslah tidak ada usaha ke sana. Pemimpin kafir cenderung hanya menuruti nafsunya belaka dan tujuan duniawi yang ingin diperolehnya.
Memang seorang Muslim yang tidak memahami Al-Qur’an cenderung mengikuti gaya hidup orang kafir. Cenderung mementingkan dunia daripada akhirat.
Kini di tanah air lagi ramai tentang rencana pembangunan patung Bung Karno. Patung itu rencana berdiri di Bandung setinggi sekitar 22 meter. Biayanya ditaksir menelan Rp14,5 M. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil yang menggagasnya.
Tentu saja gagasan RK ini mendapat sambutan hangat dari petinggi PDIP. Salah satunya dari Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Ia dengan terus terang menyatakan dalam puisinya bahwa RK adalah calon wapres Ganjar.
Tapi bila ditelisik, jangan jangan patung Bung Karno ini bukan gagasan murni dari RK. Tapi dari PDIP yang ingin melihat bukti kesungguhan RK untuk menjadi wapres Ganjar. Bisa jadi PDIP mensyaratkan RK bisa menjadi wapres Ganjar, kalau mau bangun patung Bung Karno di Bandung.