Nandang Sutisna Nilai Cawe-Cawe Jokowi Urusan Pilpres Langgar Etika
Jakarta (SI Online) – Ketua DPP Partai Ummat, Nandang Sutisna, menyayangkan instensnya intervensi Presiden Jokowi terhadap pilpres 2024.
Presiden Jokowi sebagai presiden dua periode yang akan habis masa pemerintahannya semestinya sudah mengambil sikap panditho ratu dan tidak terlibat dalam politik praktis, terlebih mendukung atau tidak mendukung capres 2024.
“Manuver Presiden Jokowi untuk mendukung capres 2024 sudah melampaui batas, karena dilakukan secara terbuka dan bahkan menggunakan istana negara yang sakral menjadi tempatnya”, ungkap Nandang di Jakarta, Senin (15/05/2023).
Presiden Jokowi bahkan terlihat gusar dengan pencapresan Anies Baswedan yang diusung koalisi perubahan, sehingga harus melakukan gerakan asal bukan Anies Baswedan yang memenangkan pilpres 2024.
“Menurut hemat saya Presiden Jokowi tidak tepat memahami kesinambungan pembangunan yang dimaknai dengan menjalankan program yang sama dengan cara yang sama dengan beliau”, lanjut Nandang.
Menurut Nandang, yang juga merupakan Sekretaris BPPN Partai Ummat, kesinambungan pembangunan itu maknanya pembangunan harus berjalan secara positif secara terus menerus siapapun presidennya.
“Setiap pemimpin memiliki zaman dan masa yang berbeda dengan tantangan berbeda, tidak boleh berada dalam bayangan presiden sebelumnya, terlebih kalau hanya menjadi follower presiden sebelumnya”, tegas Nandang.
Nandang menambahkan bahwa Presiden terpilih 2024 harus memiliki kemandirian untuk melanjutkan yang baik, memperbaiki yang kurang dan menambah yang belum ada sesuai dengan visi misi pemerintahannya yang pasti telah berkembang dibandingkan visi dan misi pemerintahan Jokowi.
“Manuver Presiden Jokowi yang berusaha asal bukan Anies Baswesan dan mempengaruhi rakyat untuk tidak memilihnya tindakan yang melanggar etika dan bahkan berbahaya untuk demokrasi”, tambah Nandang.
Presiden terpilih 2024, menurut Nandang, tidak boleh sebagai pemerintahan versi Jokowi periode ketiga, walaupun dengan person yang berbeda, namun dengan cara kerja yang sama. Indonesia membutuhkan akselerasi karena itu dibutuhkan presiden dengan gagasan yang lebih segar tidak sekedar menyiapkan pengganti Jokowi.
“Saya mengimbau kiranya Presiden Jokowi berbesar hati untuk secara alamiah menyerahkan pergantian kekuasaan murni kepada rakyat”, tambah Nandang.
Kepada partai-partai koalisi pemerintah juga diimbau supaya membangun koalisi dan mengusung capres terbaik untuk masa depan Indonesia, tidak sekedar memastikan Anies Baswesan kalah. Rakyat butuh kehidupan yang baik tidak sekedar memilih siapa yang akan menjadi pengganti Presiden Jokowi.
Dengan demikian, biarkan rakyat menggunakan haknya menentukan masa depan janganlah partai membajaknya hanya untuk kepentingan partai koalisi pemerintah saat ini.[]
red: a.syakira