Nasihat Natsir, Al Fatih dan Sayyidina Ali untuk Pemimpin
Sesungguhnya rakyat akan berkata yang baik-baik tentang mereka yang berbuat baik pada mereka. Mereka akan (dapat) ‘menggelapkan’ semua bukti dari tindakan baikmu. Karenanya, harta karun terbesar akan kamu peroleh jika kamu dapat menghimpun harta karun dari perbuatan-perbuatan baikmu. Jagalah keinginan agar selalu di bawah kendali dan jauhkan dirimu dari hal-hal yang terlarang. Mereka adalah makhluk-makhluk yang lemah, bahkan sering melakukan kesalahan. Bagaimanapun berikanlah ampun dan maafmu sebagaimana engkau menginginkan ampunan dan maaf dari-Nya. Sesungguhnya engkau berada di atas mereka dan urusan mereka ada di pundakmu.
Sedangkan Allah berada di atas orang yang mengangkatmu. Allah telah menyerahkan urusan mereka kepadamu dan menguji dirimu dengan urusan mereka. Jangan katakan: “Aku ini telah diangkat menjadi pemimpin, maka aku bisa memerintahkan dan harus ditaati”, karena hal itu akan merusak hatimu sendiri, melemahkan keyakinanmu pada agama dan menciptakan kekacauan dalam negerimu.
Bila kamu merasa bahagia dengan kekuasaan atau malah merasakan semacam gejala rasa bangga dan ketakaburan, maka pandanglah kekuasaan dan keagungan pemerintahan Allah atas semesta, yang kamu sama sekali tak mampu kuasai. Hal itu akan meredakan ambisimu, mengekang kesewenang-wenangan dan mengembalikan pemikiranmu yang terlalu jauh…
Janganlah bermusyawarah dengan si bakhil, karena dia akan memalingkanmu dari kebajikan dan menakut-nakutimu dengan kemiskinan. Jangan juga bermusyawarah dengan si pengecut yang hanya akan mengendorkan tekadmu atau si tamak yang akan menyemangatimu melakukan suatu keburukan dengan cara yang zalim. Sebenarnya kebakhilan, kepengecutan dan ketamakan adalah gharizah (insting) yang berbeda-beda yang disatukan oleh sifat buruk sangka terhadap Allah.
Wazir-wazirmu yang terburuk adalah yang pernah menjadi wazir dari orang-orang jahat sebelummu. Siapa yang pernah menjadi sekutu mereka dalam kubangan dosa, maka janganlah dijadikan sandaranmu, sebab mereka adalah para pelayan kaum pendurhaka dan kawan para penzalim.
Kelak engkau pasti akan menemukan orang-orang yang memiliki kecerdasan dan pengaruh. Mereka adalah orang yang tidak akan terlibat dalam kesalahan dan kecurangan para wazir dan kaum culas di zamannya. Pilihlah orang-orang yang tidak membantu orang-orang zalim dalam kezalimannya atau membantu orang durhaka dalam kedurhakaannya. Mereka itulah yang ringan bebannya bagimu, lebih banyak bantuannya dan lebih tulus dan lebih sulit dikendalikan oleh orang lain…
Bergabunglah dengan orang-orang yang warak dan jujur, tapi latihlah mereka agar tidak memujimu dan membuatmu bangga atas apa yang tidak kamu lakukan. Terlalu banyak pujian dan kesan akan mengundang kecongkakan dan merasa unggul.
Janganlah menyamakan kedudukan orang yang baik dan yang buruk di sisimu. Karena itu akan mengendorkan semangat orang yang baik untuk berbuat baik dan mendorong orang buruk untuk berbuat keburukan. Lakukan terhadap keduanya sesuai dengan apa yang mereka tetapkan untuk diri mereka.
Jangan menganggap sepi tradisi baik yang telah dijalankan oleh para pendahulu umat ini, yang dengan kerukunannya telah terjalin dan kebaikan telah merata di kalangan rakyat. Dan jangan membuat suatu kebiasaan baru yang merusak sesuatu dari tradisi lama yang baik. Pahala itu akan diraih oleh orang-orang yang menciptakan (tradisi yang baik) itu dan dosanya dibebankan atas dirimu karena engkaulah yang telah merusaknya.
Seringlah berdiskusi dengan orang-orang berilmu dan berbincang-bincang dengan orang bijak dan piawai dalam segala hal demi kemaslahatan negerimu dan memelihara apa yang menjadi tradisi baik bagi rakyat sebelummu.”
Nuim Hidayat
Pengajar Pesantren At-Taqwa Depok, Anggota MIUMI dan MUI Depok