Ndasmu Etik!
Akhlaq memiliki empat pilar utama, yaitu al-hikmah, iffah, syaja’ah, dan adil. Al-hikmah adalah kebijaksanaan dan kesabaran dalam menghadapi segala situasi dan kondisi. Iffah adalah menjaga kehormatan dan kesucian diri dari segala hal yang tercela dan haram. Syaja’ah adalah keberanian dan keteguhan dalam berjuang di jalan Allah dan menegakkan kebenaran. Adil adalah keseimbangan dan kesetaraan dalam memberi dan menerima hak dan kewajiban.
Dalam pembahasan tentang etika maka perlu kita ungkap istilah lain yang juga sering terkait yakni adab. Akhlak berasal dari bahasa Arab, yaitu akhlaq yang berarti tingkah laku, tabiat, watak, atau perangai. Akhlak juga dapat diartikan sebagai sifat yang tertanam dalam jiwa dan menjadi bagian dari kepribadian seseorang, yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Sedangkan adab berasal dari bahasa Arab, yaitu adab yang berarti sopan santun, tata krama, atau tata cara. Adab dapat diartikan sebagai aturan atau norma yang mengatur perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun agama.
Dari pengertiannya, dapat disimpulkan bahwa akhlak lebih bersifat internal, yaitu berkaitan dengan sifat dan watak seseorang. Sedangkan adab lebih bersifat eksternal, yaitu berkaitan dengan perilaku seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain.
3. Dalam definisi yang lebih sempit, maka etika bisa disejajarkan dengan Iffah dalam point sebelumnya yakni menjaga kehormatan atau menjaga kesucian diri. Ini sesuatu yang juga sangat fundamental dalalm Islam. Sebutlah saja : berkata; Nabi ﷺ bersabda, “Sifat malu itu tidak datang kecuali dengan kebaikan.”(Buhari 5652 dan Muslim 53). Jika kamu tidak malu maka berbuatlah sesukamu (Bukhari 3225, 3225, 5655, Abu Daud 4164).
“Iffah memiliki arti “kekhususan” atau “kesucian” dalam bahasa Arab. Dalam Islam, Iffah merujuk pada kemurnian, kesucian, dan kehormatan dalam hubungan antara pria dan wanita. Iffah menekankan pentingnya menjaga batas-batas dalam pergaulan, menjauhi zina, dan mencintai pasangan dengan tulus dan penuh penghormatan. Salah satu contohnya adalah menahan amarah, Allah SWT berfirman dalam Q.S Al-Imran ayat 134 :
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
Artinya : ” (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”
Memiliki rasa malu Dengan memiliki rasa malu, maka seseorang tidak akan mudah terjerumus pada perkara-perkara yang haram. Dengan adanya sifat tersebut, maka malu dapat menjadi rem bagi seseorang dalam bertindak. Contoh iffah dalam penerapan kehidupan : Menjaga pandangan. Menjaga lisan. Menjaga kesucian wanita dengan menutup aurat. Menjaga kemaluan. Menjaga diri dari harta yang haram. Menjaga diri dari prilaku-prilaku yang tidak baik. Menahan nafsu. Menahan amarah.”
Dalam pandangan Islam, akhlak adalah salah satu pilar penting yang membentuk perilaku manusia. Nabi Muhammad SAW dijelaskan sebagai contoh yang sempurna dalam hal etika, dan Al-Qur’an menyatakan bahwa beliau memiliki akhlak yang agung. Hadis Nabi juga menekankan pentingnya sifat malu yang muncul dari praktik kebaikan.
Selain perspektif agama, etika juga bisa dilihat dalam kacamata ilmu psikologi dan sosial. Dalam ilmu psikologi, sifat malu dipahami sebagai respons psikologis terhadap norma sosial dan nilai-nilai moral. Di sisi lain, ilmu sosial memeriksa bagaimana etika memengaruhi dinamika sosial dan interaksi manusia dalam masyarakat.
Dengan demikian, etika dalam Islam bukan hanya konsep moral, tetapi juga mencakup aspek spiritual, psikologis, dan sosial. Memahami dan mengamalkan etika dalam Islam adalah bagian dari upaya untuk mencapai kebahagiaan sejati, baik di dunia maupun di akhirat. Etika Islam memberikan kerangka kerja yang kokoh untuk membimbing perilaku manusia menuju kebaikan, keadilan, dan akhlak yang mulia sesuai dengan ajaran agama.
Dalam dunia yang terus berkembang, pemahaman dan praktik etika dalam Islam menjadi lebih penting daripada sebelumnya. Dengan menjadikan etika sebagai pedoman dalam tindakan dan interaksi sehari-hari, umat Islam dapat memberikan kontribusi positif dalam membangun masyarakat yang lebih baik dan harmonis, sesuai dengan ajaran agama yang mereka anut. Semoga makalah ini dapat menjadi sumber ilmu yang bermanfaat dalam menjalani kehidupan sehari-hari yang penuh etika dan akhlak yang mulia.
Wallahu a’lam
Rahmat Mulyana