SUARA PEMBACA

‘New Normal’ Versi Islam

  1. Masker

Pertama Masker sebagai penutup mulut dan hidung dalam Islam secara fisik mirip memakai cadar yang dipakai wanita mukminah yang pernah dilecehkan oleh seseorang di negeri ini dan tidak pernah ada hukumannya.

Kedua Masker menandai jangan banyak bicara, jika isi bicaranya penyakit maka menular. “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir katakanlah yang baik atau kalau tidak bisa diamlah.” (HR Bukhori)

Dalam bahasa media sosial turuplah hoax, nyinyir, fitnah dan framing negatif, tidak fair dalam cover both side, Asal Bos Senang=ABS dan negatif-negatif lainnya.

  1. Cuci tangan sebelum mulai melakukan kegiatan dan sesudahnya.

Tangan ini di dalam Al Qur’an merupakan gambaran perbuatan. Beberapa ayat menyebut tangan sebagai kunci melakukan perbuatan.

Bahkan dalam ayat tampak kerusakan di daratan atau lautan karena sebab tangan-tangan (kemaksiatan) tersebut. QS. 30:41

Maka tangan yang bersih, bermanfaat, tidak asal ambil merupakan ‘New Normal’ yang harus dipertahankan.

Bedakan dengan cuci tangan hanya setelah kotor. (money laundry) ataupun mencari kambing hitam (cuci tangan tidak berani bertanggung jawab)

Yang diajarkan suci sebelum dan sesudah.

  1. Diam di rumah untuk menghindari penyakit, bahkan dituntut untuk produktif, belajar, bekerja, beribadah, bersama keluarga. Itu adalah salah dari maksud Rumahku Surgaku.

Begitulah tuntutan dalam Al Qur’an bahwa sebuah keluarga harus punya visi “Jaga diri dan Keluargamu dari api neraka”. QS. 66:6. Dalam ayat ini yang diseru adalah para ayah sebagai bapak dan suami yang harus mendidik istri dan anak-anaknya.

Di rumah harus berlangsung pendidikan dan kebersamaan bukan hanya istirahat dan santai-santai. Berkumpul di rumah lebih baik dari pada kumpul-kumpul di Mall atau di pasar-pasar bahkan di restoran.

  1. Jaga jarak dan Sosial distancing.

Dalam Islam berkumpul harus memberi manfaat tidak boleh yang berkumpul sia-sia apalagi yang membahayakan.

وتعاونوا علي البر والتقوي ولا تعاونوا علي الإثم والعدوان

Tolong menolonglah dalam kebaikan dan ketakwaan dan jangan tolong menolong dalam dosa dan permusuhan. QS. 49:11

  1. Perhatian pemimpin dan orang-orang kaya kepada nasib yang lemah sangat terlihat dan nyata.

Begitulah salah satu bunyi hadits “

عَنْ مُصْعَبِ بْنِ سَعْدٍ ، قَالَ : رَأَى سَعْدٌ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ، أَنَّ لَهُ فَضْلًا عَلَى مَنْ دُونَهُ ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : هَلْ تُنْصَرُونَ وَتُرْزَقُونَ إِلَّا بِضُعَفَائِكُمْ

Dari Mush’ab bin Sa’ad, beliau berkata bahwa Sa’ad radhiyallahu’anhu memandang dirinya memiliki keutamaan di atas yang lainnya (dari para sahabat). Maka Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Bukankah kalian ditolong (dimenangkan) dan diberi rezeki melainkan dengan sebab orang-orang yang lemah di antara kalian?”.

Takhrij hadits. Hadits ini shahih, dikeluarkan olehal Imam Al Bukhari, di dalam Shahih-nya, Kitab al Jihad was-Siyar, Bab Man Ista’ana bidh- Dhu’afa-i wash Shalihina fil-Harbi, nomor (2896) dari jalan Muhammad bin Thalhah, dari Thalhah, dari Mush’ab bin Sa’ad.

Hal ini mengajarkan kepada bangsa ini bahwa sesungguhnya tugas pemimpin memperhatikan rakyatnya dan akan dimintai pertanggung jawaban jika ada rakyatnya yang tidak diperhatikan.

  1. PSBB lebih pada jaga jarak dan pembatasan bagi yang bukan mahram bahkan harus diadakan razia.

Dalam Islam tidak ada pergaulan bebas semua pergaulan dibatasi dengan aturan syari’ah.

  1. Alat Pelindung Diri (APD) pakaian harus berfungsi diri jika APD hanya dari COVID-19 padahal dalam Islam pakaian yang menutupi aurat merupakan pelindung diri dari neraka.

APD walaupun murah diutamakan ia harus menutup semua pakaian yang mahal. Melindungi diri lebih penting.

Dalam Islam, pakaian penutup aurat, pelindung dari api neraka lebih utama daripada pakaian yang tidak menutup aurat berapapun mahalnya.

  1. Di rumah karena ketakutan berlebihan dari COVID-19 tidak benar. Ke masjid atau keluar rumah karena ingin menunjukkan berani dengan COVID-19 juga tidak benar.

Di rumah atau yang lingkungannya memungkinkan ke masjid dua-duanya harus karena Allah. Perpaduan antara ibadah dan ikhtiar sesuai prosedur.

Jadi new normal dalam pandangan Islam untuk kasus COVID-19 ini merupakan proses masuknya virus menjadi salah satu dari penyakit-penyakit penyebab kematian. Kenapa, karena tidak semua yang terkena COVID-19 meninggal hanya sebagian dan kenyataannya banyak yang sembuh.

Wallahua’lam

Abdul Halim
Ketua Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Kota Bogor

Artikel Terkait

Back to top button