Oposisi Emak-Emak: Rekonsiliasi kek, Tidak kek Kita Harus Tetap Berjuang!
SUDAHLAH, tak perlu lagi kita ributkan soal rekonsiliasi atau apa pun yang sejenisnya. Kita juga tak perlu berharap pada koalisi partai Adil-Makmur untuk menjadi oposan. Secara resmi koalisi itu sudah dibubarkan, alias semua partai bisa mengambil jalan masing-masing, utamanya bagi Gerindra.
Lagi pula, apa sih untungnya buat rakyat jika mereka beroposisi? Toh langkah mereka selama ini murni langkah politik. Lalu, apa pula ruginya jika partai koalisi, kecuali PKS yang nyata-nyata sudah mengatakan tetap berada di seberang, melakukan rekonsiliasi?
Tengok yang diucapkan Zulkifli Hasan, Ketum PAN seperti dilansir di banyak media: “Kita move on,” ajaknya. Zulhas mencontohkan untuk kader partai bisa mengurusi partai, sementara masyarakat bisa mengurus kegiatannya masing-masing. Jelaskan?
Sejauh ini, dalam memandang perilaku orang politik, agaknya jangan pernah bermimpi indah bahwa mereka sungguh-sungguh akan membela rakyat. Orang politik itu tujuannya hanya satu: Kepentingan. Ya, hanya kepentingan yang menjadi tujuan utama mereka. Ini slogan yang biasa ada di orang politik Tidak ada kawan sejati, dan tidak ada musuh abadi maknanya sangat terang-benderang.
Mungkin mereka tak berbeda jauh dengan sopir angkot nakal yang tidak tertib lalin, ketika mengemudi bisa berbelok sekehendak hati dan tiba-tiba. Tidak memikirkan keselamatan dirinya, penumpang, dan orang lain. Banyak tampilan di masyarakat tentang politisi, jika kepentingannya sudah tercapai, mereka tak akan perduli lagi pada rakyat yang telah berjasa meloloskan partai mereka ke Senayan. Apalagi jika saat Pileg dan Pilpres, ada banyak juga rakyat yang mau menerima atau bahkan berharap kena serangan fajar.
Kita saja yang terlalu naif untuk terus meminta agar partai koalisi Adil-Makmur bisa dipertahankan. Terlalu polos, terlalu lugu. Berharap hati para politisi itu tetap konsisten seutuhnya mewakili suara rakyat. Ya, kita mencoba berpikiran positif, namun balasannya justru potensial negatif.
Oposisi Emak-Emak
Jadi, untuk apalagi asa itu terus dikembangkan? Sudah biarkan saja rekonsiliasi terjadi, bahkan jika Prabowo dan Sandi juga ingin melakukan, ya biarin aja! Yang pasti, kita: Emak-Emak militan, dan insyaallah sebagian besar di antara kita, tetap semangat untuk berjuang.
Ada atau tidak ada partai, tujuan kita untuk meraih perubahan harus terus dilakukan. Soal siapa kelak yang akan memimpin, seperti apa perjuangan kita, dan bagaimana hasilnya, kita serahkan kepada Allah SWT seraya tak putus berdoa.
Bagi saya, prinsip dasar dari perjuangan adalah ketulusan dan keikhlasan. Selain itu, akhir dari perjuangan bukan untuk diri kita atau kelompok kita, tapi untuk kemaslahatan.
Contoh telah kita dapatkan dari kisah Khalifah Umar bin Abdul Aziz, simak cuplikannya.
Suatu ketika khalifah Umar bin Abdul Aziz berkeliling kota sambil menaiki kuda, beliau meninjau ibu kota untuk mengetahui secara langsung kondisi rakyatnya. Beliau tak ingin di akhirat memperoleh hukuman akibat kelalaiannya.