Pak Tammat, Jejak Dakwahnya tidak akan Tamat
Menggurat kenangan tentang almarhum, Prof Daniel Mohammad Rosyid menyebut Tammat Anshory boleh disebut sebagai ‘’Natsir-nya Jawa Timur’’ melalui kiprahnya di Dewan Da’wah Islamiyah Indonesia Jatim.
‘’Siang tadi Sang Mujahid itu telah pergi untuk selama-lamanya. Di langit sore menjelang maghrib itu saya lihat sebuah kereta kencana berderap cepat diantara awan putih. Saya lihat pak Tammat dan Pak Natsir duduk bersebelahan sedang berbincang riang. Ketahuilah, orang yang baik itu kini menemukan kegembiraannya…’’ demikian Guru Besar Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya itu menulis di hari kematian Pak Tammat.
Anggapan Prof Rosyid tak berlebihan. Almarhum memang mengidolakan Pak Natsir dan berusaha mewarisi nilai-nilai kehidupannya.
Dalam memoar tentang Mohammad Natsir, Tammat Anshory mengungkapkan respeknya pada pribadi pendiri Dewan Dakwah tersebut. Salah satunya adalah sifat terbuka dan menghargai anak muda.
Pak Tammat mengungkapkan, suatu ketika ia mendengar bahwa Pak Natsir hendak berkunjung ke Surabaya. Sebagai aktivis pergerakan pemuda di Surabaya, Tammat dan kawan-kawan tentu ingin bertatap muka dan bicara dengan tokoh idola yang sebatas mereka kenali lewat berita dan tulisan-tulisannya.
‘’Namun, waktu itu tokoh-tokoh sepuh Masyumi Surabaya, kurang mengakomodir aspirasi kaum muda,’’ kata Tammat.
Maka, ia membuat manuver. Ketika Pak Natsir tiba di Surabaya, ia dan kawan-kawan membentangkan spanduk sambutan sepanjang 12 meter. Tokoh-tokoh senior Masyumian seperti KH Misbah, Majid Karim, dan Ustaz Umar Hubeis, kaget melihat ulah anak muda. Sebaliknya, Pak Natsir justru mengundang mereka dengan senyum. Kesempatan itu digunakan Tammat untuk mengadu pada Pak Natsir.
‘’Saya berbisik-bisik kepada Pak Natsir untuk minta waktu bertemu dengan kami yang muda-muda,’’ kenangnya.
Tammat melanjutkan, ‘’Sesuai waktu yang disepakati akhirnya Pak Natsir menemui kami yang terdiri dari para pemuda PII, GPI, HMI, PERSAMI. Kami berdiskusi tentang bagaimana keadaan beliau di penjara sampai pembebasan. Beliau memberi harapan baru bagi para pemuda dan bicara tentang masalah umat dan bangsa.’’
Para pemuda mendapat hikmah dari pertemuan tersebut bahwa Pak Natsir sangat perhatian terhadap kaum muda. ‘’Setelah itu, saya bisa berkomunikasi langsung dengan beliau melalui sambungan telpon,’’ kata Tammat bangga.
Betapa tidak. Beliau tokoh internasional, mantan perdana menteri dan pemimpin partai besar. Meski begitu, perhatian beliau terhadap kaum muda sangat besar, dan mau bergaul.
Dalam detik-detik akhir kehidupannya di rumah sakit, Pak Natsir masih saja menggelisahkan persoalan umat. Itu pula yang kiranya yang terjadi pada Pak Tammat.
Daniel M Rosyid melalui tulisannya berjudul ‘’Tammat A. Ismail Sang Mujahid’’, mengatakan, selama enam bulan terakhir energi psikologis Allahyarham Tammat Anshory terkuras habis.
“Bukan penyakit yang mempercepat kepergiannya, tapi kekhawatirannya atas nasib ummat Islam yang makin terpuruk,’’ tulisnya tentang sosok yang dia kenal sejak mahasiswa, sekitar 35 tahun silam.
Pak Tammat sudah pergi, tapi insyaallah jejak dakwahnya tidak akan pernah tamat.
Rep: nurbowo
Red: shodiq ramadhan