NUIM HIDAYAT

Pandangan Menarik Prof. Rasjidi tentang Moralitas

Sangatlah sukar untuk menentukan, mana yang lebih kuat apakah kecenderungan untuk kebaikan atau kejahatan. Teori moral harus mengakui adanya kecenderungan kepada kebaikan dan kejahatan.

Jika pada suatu waktu kelompok idealis dihadapkan kepada kenyataan bahwa kejahatanlah yang unggul, mereka akan terpaksa mengakui bahwa asas keyakinan mereka, yaitu bahwa dasar manusia itu baik, tidak dapat dipertahankan. Dengan pengakuan mereka itu, maka morality lantas menjadi sangat lemah.

Prof Rasjidi berpandangan bahwa moralitas menghendaki pandangan metafisik: manusia itu merdeka, kelakuan perorangan harus dipertanggungjawabkan. Tidak ada teori ilmiah yang dapat memberi tempat untuk kemerdekaan manusia dan tidak ada pula teori ilmiah yang dapat membuktikan bahwa tindakan manusia, walaupun kelihatan remeh ada hubungannya yang mutlak dengan Zat yang mutlak.

Moralitas (etika) menghajatkan suatu pendorong di luar watak manusia (beyond human nature). Nilai-nilai yang mutlak tidak berdiri sendiri, nilai itu harus menjelma dari sesuatu asal dan asal ini tidak mungkin hanya alam dan manusia, karena alam dan manusia tidak cukup untuk menerangkan dasar moralitas. Nilai-nilai itu datangnya dari Zat yang transcendent, di luar alam dan manusia. Dalam bahasa Inggris selain responsible for bertanggungjawab tentang tindakannya, juga ada responsible to, bertanggungjawab terhadap sesuatu Zat. Dengan kata lain, etika tidak hanya terbatas dalam dunia yang kita diami ini saja, tetapi banyak hubungannya dengan Ketuhanan Yang Maha Tunggal.

Agama telah memberi okyektivitas kepada nilai-nilai moral. Oleh karena nilai-nilai tersebut banyak mengenai perorangan dan baru akan terasa benar jika kita mengalaminya secara pastisipasi perorangan, maka dikhawatirkan kalau nilai-nilai tersebut menjadi subyektif. Akan tetapi sebagai telah dikatakan di atas, kekhawatiran ini lenyap karena nilai itu menghendaki sumber yang lebih tinggi, yaitu agama.

Agama dan moralitas bukan hanya interdependent (saling bersandar), akan tetapi agama adalah sumber daripada moralitas.

Maka Prof Rasjidi dalam uraian awalnya dalam buku ini, mengutip dua ayat Al-Qur’an,

“Sesungguhnya Al-Qur’an ini menunjukkan kepada suatu hal yang paling benar.” (QS. al Isra’9)

“Dan sesungguhnya engkau berjalan di atas perangai yang luhur.” (QS. al Qalam 4).

(Nuim Hidayat)

Sumber: Dr HM Rasjidi, Agama dan Etik, PT Sinar Hudaya, 1972 (Perpustakaan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia).

Laman sebelumnya 1 2 3

Artikel Terkait

Back to top button