INTERNASIONAL

Pangeran Hamzah Diminta Bersaksi Soal Rencana Kudeta Kerajaan Yordania

Jakarta (SI Online) – Pangeran Hamzah Bin Hussein kemungkinan akan dipanggil sebagai saksi dalam kasus yang dikenal di media sebagai “Kasus Penghasutan” terhadap mantan Ketua Pengadilan Kerajaan Yordania, Bassem Awadallah. Demikian Middle East Monitor memberitakan, Jumat (18/6/2021).

Pengacara Awadallah, Muhammad Afif, mengatakan dalam pernyataan kepada CNN: “Dengan semakin dekatnya tanggal persidangan dalam kasus hasutan, ada kecenderungan untuk meminta Pangeran Hamzah sebagai saksi, dan saksi lainnya, baik dari keluarga kerajaan Yordania atau yang lain”. Diperkirakan persidangan memakan waktu empat bulan, dan sesi pertamanya akan dimulai minggu depan.

Dia menambahkan, kliennya dan terdakwa kedua dalam kasus ini, Sharif Bin Zaid, bersikeras bahwa Pangeran Hamzah mengambil bagian sebagai saksi pembela, karena namanya disebutkan di setiap halaman surat dakwaan. Ditegaskannya bahwa tidak ada yang menghalangi hal ini dari sisi pandangan hukum.

Baca juga:

Sebelumnya, Amman News memberitakan apa yang dikatakan sebagai pengakuan Awadallah. Menurut Amman News bahwa Awadallah telah mengaku mengadakan pertemuan berkala dengan Pangeran Hamzah, saudara Raja Abdullah, sejak Ramadhan 2020. Pertemuan ini diatur oleh Bin Zaid.

Awadallah mengatakan bahwa pertemuan ini terjadi setelah Bin Zaid memberitahunya bahwa “Pangeran Hamzah tidak puas dengan situasi internal negara, dan bahwa dia ingin berbicara dengan saya tentang hal ini dan meminta nasihat, karena saya adalah seorang pejabat senior di istana dan saya bekerja. Sekarang di Arab Saudi dan berhasil menjalin hubungan dekat dengan pejabat di sana (Arab Saudi).”

“Saya setuju untuk mengadakan pertemuan, dan pada saat yang sama, sebenarnya, Pangeran Hamzah mulai mengunjungi rumah saya secara berkala ditemani oleh Syarif Hassan, karena jelas dari pembicaraan Pangeran Hamzah bahwa dia tidak senang dengan raja dan menganggapnya bertanggung jawab atas semua kesalahan negara dan pemerintahan berikutnya.”

Awadallah juga menunjukkan selama interogasi bahwa mengingat fakta bahwa dia akrab dengan posisi Pangeran Hamzah, “Saya mulai berbagi argumennya dan menghasutnya melawan raja, mengatakan bahwa dia adalah penyebab sebenarnya dari memburuknya situasi internal, dan pada saat yang sama. Waktu itu, Pangeran Hamzah mengatakan kepada saya bahwa dia tidak mempercayainya sama sekali.”

Yordania telah melalui krisis yang belum pernah terjadi sebelum dua bulan lalu, ketika Raja Abdullah II menghadapi perpecahan yang tidak biasa dalam keluarga kerajaan, sehubungan dengan tuduhan terhadap saudara tirinya dan mantan Putra Mahkota Hamzah berkonspirasi dengan pihak asing untuk menggulingkan raja.

Red: Agusdin
Sumber: Middle East Monitor

Artikel Terkait

Back to top button