FOKUS MUSLIMAH

Para Ibu Gaza Dibidik, Ini Alasan Mereka Ditakuti!

Dilansir dari ReliefWeb, laporan situasi UNWRA di Gaza menyebutkan hingga 22 Desember 2023, korban genosida zionis Israel yang terbunuh mencapai 20.057 orang. Sekitar 70% korban yang terbunuh merupakan perempuan dan anak-anak. Selain itu sekitar 53.320 orang terluka.

Barangkali sebagian dari kita akan bertanya, mengapa mayoritas korban kebiadaban zionis Israel adalah perempuan dan anak-anak?

Islam datang dengan membawa perubahan revolusioner di tengah-tengah masyarakat jahiliyah kala itu. Manusia mendapat tugas dari Allah untuk mengelola bumi. Baik laki-laki maupun perempuan, masing-masing telah mendapat bagiannya untuk berkontribusi pada pengelolaan tersebut. Pembagian peran tersebut tidak dilandasi oleh asas kesetaraan maupun kompetisi, melainkan harmoni.

Islam telah memberikan peran agung pada setiap ibu untuk menjadi ummu ajyal (ibu generasi). Di tangan merekalah, peradaban di masa selanjutnya dibentuk.

Ibu di Tanah Para Nabi

Ibnu Athiyah berpendapat, ribath merupakan sebuah aktivitas berjaga-jaga di jalan Allah. Imam Ahmad mengistilahkan ribath sebagai pangkal dan cabang dari jihad.

Singkatnya, murabith (orang yang melakukan ribath) mendedikasikan dirinya, waktunya, dan hartanya untuk menjaga dan melindungi wilayah umat Islam—khususnya daerah perbatasan— dari serangan musuh.

Inilah aktivitas yang tengah dilakukan oleh kaum muslimin di Palestina, tanah para Nabi. Mereka tidak sekadar mempertahankan tanah leluhur, apalagi berperang atas dasar fanatisme (ashabiyah) kesukuan dan kebangsaan. Mereka tengah melakukan aktivitas agung nan mulia, menjaga dan melindungi salah satu tanah suci umat Islam.

Sebagaimana dalam hadits Rasulullah, “Pokok amal adalah Islam, tiang-tiangnya adalah shalat, dan puncaknya (dzirwatu sanam) adalah jihad”. (HR Tirmidzi no. 2616)

Lahirnya mujahidin tangguh yang siap melanjutkan estafet perjuangan para syuhada, tidak terlepas dari kontribusi besar para ibu di sana. Kaum ibu di Palestina merasakan sendiri bagaimana riuhnya medan jihad sehari-hari. Namun kondisi itu tidak membuat mereka lemah.

Sebaliknya, tsaqafah yang mereka miliki mengenai keberkahan tanah ribath membuat mereka bertahan di sana. Bahkan tsaqafah mengenai kewajiban mendidik generasi dan kewajiban berjihad di tanah ribath menjadi motor penggerak untuk mendidik buah hatinya.

Mereka berusaha mendidik anak-anaknya menjadi seorang muslim yang teguh dengan keimanannya, mencetak penjaga-penjaga Al-Qur’an (hafizh) sekaligus penjaga Al-Aqsa. Hingga terbentuklah di Tanah Para Nabi generasi pejuang tangguh yang siap mengorbankan segala hal demi menjaga tanah sucinya.

Anak-anak yang ikut melawan kebiadaban Zionis Israel dengan segenggam batu, seorang ibu yang bergembira menyambut kabar syahid putra dan suaminya, ataupun seorang anak yang bangga dengan kesyahidan ayahnya, merupakan fenomena yang mudah didapati di sana. Inilah kekuatan ibu di Gaza yang ditakuti dan membuat tentara Zionis kewalahan.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button