RIHLAH

Pariwisata Bakal Dibuka, Waspadai Gelombang Ketiga Covid-19

Indonesia mengklaim telah menjadi negara yang mampu menangani pandemi pasca diterjang gelombang Covid-19 kedua. Seiring dengan terkendalinya kasus Covid-19 tersebut, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi meminta petinggi negara sahabat untuk menghapus Indonesia dari daftar merah perjalanan.

Menlu mengungkapkan situasi Covid-19 di Indonesia sudah semakin membaik karena berbagai upaya yang dilakukan pemerintah. Baik berupa vaksinasi maupun aturan terkait protokol kesehatan. Sehingga positivity rate di Indonesia jauh lebih baik yang berada di bawah rata-rata 2%. Ini di bawah standar WHO sebesar 5%, dimana sebelumnya sempat mencapai titik 31% (cnbcindonesia.com).

Senada dengan fakta di lapang, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Republik Indonesia, Sandiaga Salahuddin Uno berencana akan membuka pariwisata Bali pada Oktober 2021 mendatang. Pembukaan sektor pariwisata Bali diharapkan dapat membuka peluang usaha dan lapangan kerja yang sempat terdampak pandemi selama hampir dua tahun belakangan (wartakotalive.com)

Pandemi yang telah memasuki tahun kedua, nyatanya masih memperlemah kondisi ekonomi Indonesia. Dibukanya pintu pariwisata, diharapkan mampu menghidupkan kembali perekonomian negeri. Meski terdapat fakta melandainya kasus, tak sedikit yang memperingatkan agar masyarakat waspada dengan peluang terjadinya ledakan kasus baru. Peluang yang dapat disebut sebagai ancaman gelombang ketiga Covid-19 tentu sangat terbuka lebar.

Ahli epidemiologi Indonesia di Griffith University Dicky Budiman memprediksi, gelombang ketiga Covid-19 berpotensi terjadi di akhir tahun 2021. Dicky mengatakan kombinasi pelonggaran aktivitas masyarakat yang berlebihan dan mobilitas massa yang besar akan menjadi pemicu gelombang ketiga Covid-19. Berdasarkan hal tersebut, ia meminta konsep dasar pengendalian pandemi Covid-19 yaitu menemukan kasus Covid-19 dengan 3T yaitu testing, tracing dan treatment ditingkatkan. Selain itu, mengejar capaian vaksinasi dan tetap menerapkan protokol Kesehatan (kompas.com).

Oleh karena itu membuka pintu sektor pariwisata dengan skala mancanegara dapat memunculkan ancaman gelombang ketiga Covid-19. Kemungkinan tersebut bisa terjadi pasalnya negara tertentu yang memberikan pelonggaran aktivitas travel ke Indonesia belum maksimal mengatasi pandemi di dalam negerinya. Belum lagi ancaman Covid-19 dengan varian baru yang lebih ganas.

Di dalam negeri, Kebijakan penguncian wilayah yang menjadi solusi utama penanganan pandemi tak pernah dilakukan. Begitu pun dengan vaksinasi, terhambat dengan modal, edukasi dan penyebaran yang tidak merata. Protokol kesehatan masih abai sekaligus 3T yang belum optimal. Sederet hal tersebut menjadi lingkaran setan yang sulit diselesaikan.

Semestinya pemerintah tak buru-buru membuka sektor pariwisata sebaliknya memfokuskan untuk segera mengatasi pandemi demi kesehatan rakyat. Sebab pemulian ekonomi akan dapat segera membaik bila pandemi bisa diselesaikan.

Dalam sistem kapitalisme, sektor pariwisata menjadi sektor yang menggiurkan untuk meraup pundi-pundi keuangan negara. Tak ayal banyak negara di dunia saling berlomba mempromosikan pariwisata alam untuk menggait para turis datang berkunjung ke negeri mereka tak terkecuali Indonesia. Padahal bila Indonesia mengoptimalkan sektor lain seperti SDA sangat mencukupi untuk memulihkan ekonomi Indonesia.

Paradigma berpikir ini berbeda dengan Islam, Islam memandang pariwisata bukan sektor yang menghasilkan devisa negara. Keuangan negara dapat diperoleh dari beberapa pos seperti pos SDA, fai-kharaj dan pos sedekah. Pos inilah yang menjadikan ekonomi negara tetap aman dan stabil meski sedang dilanda pandemi. Pendanaan tersebut juga dapat digunakan untuk mengendalikan pandemi sesegera mungkin.

Pariwisata dalam Islam bertujuan untuk sarana dakwah dan di’ayah (propaganda). Pariwisata menjadi sarana dakwah sebab manusia mudah takjub ketika ditampakkan keindahan alam. Tafakur alam akan menjadikan manusia semakin dekat dengan penciptaNya. Sedangkan pariwisata menjadi di’ayah ialah untuk menunjukkan betapa agungnya peradaban Islam. Mekanisme ini akan menjadikan kesehatan maupun ekonomi terurus dengan tepat dan optimal. Wallahu ‘alam.

Azrina Fauziah, Pegiat Literasi Komunitas Pena Langit

Artikel Terkait

Back to top button