PBB Terhanyut dalam Arus Pilpres
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) sebagai salah satu ormas yang paling berperan mendirikan PBB yang dikatakan sebagai Wali Amanah, juga telah menyampaikan pandangan politiknya serta meminta PBB untuk mengikuti Ijtima Ulama dengan mendukung Prabowo-Sandi. Itupun tidak dijadikan pertimbangan bagi YIM dalam mengambil keputusan.
Justru yang terjadi, pendapat internal ditentang dan diprotes, kemudian mengambil kompromi tanpa jalan melalui pertimbangan, seperti, mempertimbangkan Ijtima Ulama dan pendapat ormas Islam yang menjadi bagian dari berdirinya PBB serta, pendapat tokoh-tokoh Islam yang ada. Semua dikesampingkan kemudian mengambil keputusan yang sama sekali berbeda bahkan berseberangan dengan arus mainstream umat. Akar rumput ditinggalkan.
Partai yang meninggalkan umat akan mendapatkan sebaliknya, ditinggalkan umat. Dan semenjak pemilu 2004 umat tidak memiliki jodoh. Kekosongan itu pula membuat ulama mencari jodoh bagi umat yang masih belum memiliki pemimpin yang bisa memperjuangkan aspirasinya. Ulama mengambil ijtihad politik dan mengarahkan umat untuk memilih Prabowo-Sandi.
Setelah ulama menemukan calon umara yang berjodoh dengan umat, maka langkah selanjutnya adalah mempersatukan kekuatan diantara kekuatan politik Islam. Mulai dari ormas-ormas Islam hingga partai Islam. Lalu umat diberi pilihan dan kesepakatan itu untuk disosialisasikan.
Partai yang dianggap sebagai partai Pembela Agama dan ulama disatukan baik yang nasionalis maupun yang islamis. Dan kalau mau jujur dalam koalisi ini, leader bagi koalisi umat itu adalah PBB. Karena itu satu-satunya partai yang dianggap masih konsisten memperjuangkan syariat Islam.
Pandangan umat dengan penuh harap tertuju kepada PBB pada awalnya. Tentu rasa solidaritas Islamiyah yang mendorong umat untuk memandang PBB terlebih dahulu sebelum partai lain yang sudah ada di parlemen. Tapi setelah PBB meninggalkan umat yang sedang menginginkan PBB masuk dalam Parlemen, siapa lagi yang akan ikut memperjuangkan PBB?.
Apakah PBB tidak lagi mengharapkan umat Islam? Tentu sangat mengharapkan, dan secara ideologis PBB juga adalah partai Islam. Tentu modal utama suaranya adalah umat Islam. Dan semua partai mengharapkan suara itu. Tapi apakah umat bisa dengan cuma-cuma memberikan pilihannya?
Sekarang melek politik sudah mendekati kesempurnaan di kalangan muslim Indonesia, lebih khusus lagi kaum modernis. Mereka tentu memilih berdasarkan ideologi. PBB dalam titik ini memiliki keunggulan secara ideologis.