OPINI

PBB Terhanyut dalam Arus Pilpres

Namun, setelah dukungan telah disampaikan dan arah politik PBB dalam pilpres sudah jelas, maka kaum modernis yang secara ideologis memiliki cita politik yang sama dengan PBB mengajukan protes. Protes di media sosial berjibun muncul bagai jamur di musim hujan. Mereka kecewa, dan mereka putus harapan akan kebangkitan politik Islam dengan mengandalkan partai yang katanya ideologi Islam, tapi berseberang dengan umat.

Lalu semua konten pidato, semua khutbah, semua pembicaraan di talk show itu dibuatkan meme yang mengolok-olok karena ketidakkonsistenan kita sendiri. Bertebaran di media sosial meme itu sebagai jejak, betapa buruknya kita dimata umat dan ulama.

Semua sikap yang diperlihatkan kepada umat Islam, semua argumentasi yang dikemukakan untuk menarik simpati umat, semua ungkapan dan jalan perjuangan, serta sejarah perjalanan politik yang panjang, dibarter dengan hal yang remeh-temeh. Tukar tambah pengorbanan dan perjuangan panjang serta antusias dengan langkah yang cenderung curam dan berbahaya adalah kerugian yang fatal.

Antusiasme yang tadinya telah menarik banyak simpati di kalangan Islam, seperti FPI dan beberapa ormas Islam. Tapi kekecewaan telah mereka rasakan. Kalau seandainya FPI menarik semua kadernya, dengan menyuruh para Caleg FPI yang ada di PBB untuk mundur, dan mengarahkan dukungan kepada partai koalisi 02, langkah apa yang akan dilakukan oleh PBB?. Pun demikian dengan DDII, dengan realitas ini menarik dukungannya kepada PBB apa yang akan terjadi?

Setelah umat, tokoh-tokoh dan ulama kecewa, kita mencari 4 % di mana? Apakah kita akan mencari di kerumunan seragam kotak-kotak? Apakah kita akan mencari dari kumpulan seragam kuning atau merah? Disana sangat sedikit kemungkinan untuk mendapatkan dukungan, toh mereka juga sedang terjepit dalam arus pergerakan massa yang ingin melakukan perubahan.

Apakah PBB akan mencari di antara PKB dan PPP yang sedang bergeliat dikalangan Nahdliyin. Di antara dua partai ini saja masih khawatir akan pemilih Islam tradisional yang kemungkinan bisa pecah dan yang sebagian mengikuti Ijtima Ulama. Yang seharusnya menjadi perhatian adalah kemungkinan bagi kaum tradisional dan modernis yang sudah berpihak kepada Ijtima Ulama. Yang paling menguntungkan sebetulnya bagi partai Islam yang mendukung Prabowo-Sandi adalah pemilih Islam modernis dan ideologis yang berkumpul dan bersatu, dan di antara mereka menunggu dan mengharapkan PBB.

Setelah kekuatan umat menunggu, ternyata PBB telah mengambil jalan lain, dan itu mengecewakan bagi mereka. Jadi kerugian ini kita gandakan terus menerus di tengah tantangan parlementary threshold yang berbiaya tinggi.

Semoga ini hanya perasaan dan analisa saya secara pribadi. Sepenuhnya segala sesuatu dan usaha berakhir dalam doa dan permohonan. Kepada Allah-lah segala sesuatu dikembalikan. Semoga Allah memberikan jalan untuk Islam menjadi arus utama politik Indonesia. Wallahu a’lam bisshawab.

Dr. Ahmad Yani, SH., MH.
Caleg DPR RI PBB Dapil DKI Jakarta 1 (Jakarta Timur)

Laman sebelumnya 1 2 3 4

Artikel Terkait

Back to top button