Pelajaran dari Perang Ahzab
Ujian Rasulullah Saw dalam menegakan Islam dimuka bumi ini sungguh luar biasa. Tak ada yang dapat menyamainya. Kesabaran dan keteguhannya terhadap kebenaran janji Allah SWT yang pasti akan memenangkan Islam dan kaum muslimin, dan menjadikan Islam dan kaum muslimin mulia, dipegangnya dengan keyakinan yang sangat teguh, tak ada keraguan sedikitpun di dalamnya.
Tersebutlah salah satu ujian yang sangat besar yang harus Rasulullah Saw dan kaum Muslimin lalui bersama, yaitu salah satu perang yang sangat dahsyat, hingga mengguncang keimanan kaum muslimin, yaitu Perang Ahzab. Dimana kafir Quraish bersekutu dengan kabilah Arab dan kabilah Yahudi yang hendak menghancurkan Madinah, melumat Rasulullah Saw dan kaum Muslimin.
Perang ini dimulai dengan provokasi yang dibuat oleh Huyai bin Akhtab, pemimpin kabilah Yahudi Bani Nadhir yang diusir dari Madinah oleh Rasulullah Saw akibat menghianati perjanjian damai yang telah disepakatinya bersama Baginda Rasulullah Saw, dan bermaksud untuk membunuh Rasulullah Saw.
Baca juga: Pelajaran dari Perang Khandaq
Kemudian Yahudi Bani Nadhir ini pun melakukan provokasi kepada kabilah Arab di luar kota Madinah untuk memerangi Rasulullah Saw dan mengganggu kaum muslimin.
Alhasil Yahudi Bani Nadhir mampu memprovokasi kafir Quraish dan kabilah Arab lainnya diluar Madinah untuk memerangi Madinah, dan berhasil menggalang pasukan ahzab yang akan menghancurkan Madinah. Kabilah Arab tersebut terdiri atas Bani Ghathfan, kabilah Bani Qois A’ilan, Bani Murrah, Bani Fuzarah, Bani Asyja, Bani Salim, Bani Sa’ad, dan Bani Asad. Juga satu kabilah Yahudi di dalam kota Madinah, yaitu Yahudi Bani Quraidzah.
Kaum muslimin dikepung di dalam dan di luar Madinah oleh orang-orang kafir yang bersekutu, yang kemudian dikenal dengan pasukan Ahzab.
Pasukan Ahzab berhasil mengepung rapat Madinah selama genap satu bulan lamanya. Hanya dipisahkan oleh sebuah parit besar yang menghalangi pasukan Ahzab untuk dapat menyebrang masuk ke dalam Madinah.
Langkah pasukan Ahzab untuk melumat Madinah terhenti oleh sebuah parit besar (khandaq), yang tidak pernah diperhitungkan sebelumnya. Sebuah parit yang mampu menahan langkah pasukan Ahzab memasuki Madinah. Mereka tertahan di luar Madinah dengan penuh kejengkelan, tanpa mampu berbuat apapun. Alhasil mereka harus menunggu tanpa kepastian kapan bisa masuk kedalam Madinah untuk menyerang Rasul Saw.
Disaat yang sama kaum muslimin merasakan beban berat yang mengelayuti hati dan fikirannya. Bagaimana menghadapi pasukan Ahzab yang sangat besar yang sewaktu-wakti bisa saja berhasil masuk melewati parit menyerang Madinah.
Sememntara didalam Madinah pun terjadi huru-hara yang ditimbulkan akibat gangguan Yahudi Bani Quraidzah yang bersekutu dengan pasukan Ahzab di luar Madinah. Situasi yang sangat mencekam ini Allah Swt kabarkan dalam Al-Qur’an. Firman Allah SWT:
اِذۡ جَآءُوۡكُمۡ مِّنۡ فَوۡقِكُمۡ وَمِنۡ اَسۡفَلَ مِنۡكُمۡ وَاِذۡ زَاغَتِ الۡاَبۡصَارُ وَبَلَغَتِ الۡقُلُوۡبُ الۡحَـنَـاجِرَ وَتَظُنُّوۡنَ بِاللّٰهِ الظُّنُوۡنَا
(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika penglihatan(mu) terpana dan hatimu menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu berprasangka yang bukan-bukan terhadap Allah dan Kaum Muslimin. (QS. Al-Ahzab: 10).