SIRAH NABAWIYAH

Pelajaran dari Peristiwa Mu’tah

Pada saat itu seseorang dari Bani Ajlan bernama Tsabit bin Arqam maju mengambil bendera. Setelah mendapatkan persetujuan dari kaum Muslimin, bendera diserahkan kepada Khalid bin Walid. Setelah menerima bendera, Khalid melakukan pertempuran dengan sengit.

Bukhari meriwayatkan dari Khalid bin Walid, ia berkata, “Ada sembilan pedang yang patah di tanganku pada perang Mu’tah. Yang tersisa di tanganku hanyalah sebilah pedang lebar buatan Yaman.”

Sebelum orang-orang di Madinah mendengar berita dari medan peperangan, Nabi Muhammad Saw mengabarkan berdasarkan wahyu yang diterimanya, “Bendera dipegang oleh Zaid, lalu gugur. Kemudian diambil alih oleh Ja’far, lalu ia pun gugur.” Kemudian Ibnu Rawahah yang mengambilnya dan ia pun gugur.”

Kedua mata beliau meneteskan air mata, lalu bersabda lagi, “Hingga salah satu dari pedang-pedang Allah mengambil bendera itu dan akhirnya Allah memberikan kemenangan kepada mereka.”

Peran Pemuda dalam Peristiwa Mu’tah

Adalah Khalid bin Walid yang usia keislamannya belum lewat tiga bulan, ia bergabung dalam barisan Islam, setelah 20 tahun lamanya memimpin berbagai pertempuran melawan Nabi Muhammad Saw.

Khalid bin Walid baru masuk Islam pada Shafar 8 H. Pasukan umat Islam bergerak ke Mu’tah pada Jumadil Ula 8 H. Berarti, ia menjalani pelajaran dan tarbiyah dalam madrasah kenabian baru berlangsung bulan Rabi’ul Awwal, Rabi’uts-Tsani dan sebagian bulan Shafar dan Jumadil ‘Ula.

Khalid menunjukkan kesungguhannya sebagai ksatria, ia hendak menutup lembaran-lembaran hitam dalam hidupnya. Selanjutnya ia ingin menggoreskan tinta emas pada lembaran baru. Ia juga ingin menghapus gambaran kelam masa silamnya saat menghalangi manusia dari jalan Allah.

Begitu tampak olehnya tanda-tanda keberangkatan ke Mu’tah, ia segera bergabung ke dalam balatentara tersebut, sedangkan hatinya sangat merindukan kapan datangnya saat ia menghunuskan pedangnya di jalan Allah.

Pada mulanya Khalid tidak mengetahui bahwa dirinya akan menghadapi ujian seperti itu, bahkan tidak tahu ia akan memegang tampuk pimpinan tertinggi dalam ketentaraan Islam. Herannya, orang yang memilihnya untuk memegang jabatan itu justru seorang Anshar dan prajurit pada peristiwa Badar. Kaum Muslimin rela atas pilihan itu. Semua itu terjadi secara tiba-tiba dan sangat mengejutkan Khalid bin Walid.

Dengan segala kesederhanaan dan kemudahan yang terjadi, diangkatlah Khalid sebagai panglima balatentara Nabi Muhammad Saw dan kepadanya diserahkan kepemimpinan dan bendera oleh prajurit Badar dan sahabat Anshar, Tsabit bin Aqram.

Khalid adalah pahlawan penyelamat, yang muncul saat di hadapan balatentara Romawi. Sesungguhnya bendera itu diserahkan kepada Khalid pada saat balatentara Islam berada di bibir jurang kehancuran, di ujung pedang balatentara Romawi. Saat itulah, muncul tokoh simpanan dari pertambangannya, menampakkan kepahlawanan dan kebesarannya. Allahu Akbar.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button