Pelanggeng Kezaliman
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan saling menasihati supaya menaati kebenaran dan saling menasihati supaya menetapi kesabaran.” (QS. Al ‘Ashr ayat 1-3).
Menyeru manusia pada kebenaran dilakukan dengan dakwah. Di tengah kezaliman penguasa menaikkan harga BBM yang berimbas pada kenaikan berbagai harga kebutuhan lainnya, tugas muslim yang bertaqwa adalah menyeru kepada penguasa tentang kewajiban mereka memenuhi kebutuhan dan hak rakyatnya. Memudahkan urusan-urusan mereka,
اِنَّمَا السَّبِيْلُ عَلَى الَّذِيْنَ يَظْلِمُوْنَ النَّاسَ وَيَبْغُوْنَ فِى الْاَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّۗ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ
“Sesungguhnya dosa itu atas orang-orang yang berbuat zalim kepada sesama manusia dan melampaui batas di bumi tanpa (mengindahkan) kebenaran. Mereka itu mendapatkan siksa yang pedih.” (QS asy-Syura: 42).
Rasulullah Saw bersabda:
عن أبي سعيد الخدري رضي الله عنه، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وعلى آله وصحبه وسلم : إِنَّ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَقْرَبَهُمْ مِنْهُ مَجْلِساً إِمَامٌ عَادِلٌ وَإِنَّ أَبْغَضَ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَشَدَّهُ عَذَاباً إِمَامٌ جَائِرٌ
“Sungguh, manusia yang paling dicintai Allah pada Hari Kiamat dan paling dekat kedudukannya di sisi Allah ialah pemimpin yang adil. Orang yang paling dibenci Allah dan paling jauh kedudukannya dari Allah adalah pemimpin yang zalim.” (HR Tirmidzi).
Akhirnya, perlu kita renungkan bersama sebuah kisah antara Abu Hazim dan Khalifah Sulaiman bin Abdul Malik “Laisa Hikmah, bal Nifaq” yang berarti “Bukanlah Kebijaksanaan, tapi Kemunafikan”. Dikatakan bahwa seorang alim tak harus selalu menggunakan sikap dan kata-kata lemah lembut dalam berdakwah. Namun terkadang, kritikan tajam (terutama kepada penguasa zalim) menunjukkan bijaknya seseorang ketika berdakwah. Karena berdakwah tak selalu mengikuti selera manusia, tapi tujuan dakwah adalah menunjukkan akal manusia pada kebenaran, sekalipun terkadang harus dengan kata-kata yang dinilai keras.
Lantas, jika tak mampu menyeru pada kebenaran atau sekedar diam, apakah pantas bagi seorang muslim menjadi pelanggeng kezaliman dengan motivasi semunya?
Wallahu a’lam bish-shawab.
Soraya “Ammaliza” Shahab