OPINI

Peleburan Eijkman, Lonceng Malapetaka Riset Vaksin Kita?

Pembubaran Lembaga Biologi Molekuler Eijkman pada 1 Januari 2022 menyisakan pilu. Lembaga riset yang kini diambil alih oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dikabarkan telah memutus hubungan kerja dengan sekitar 120 para ilmuwan dan staf pendukungnya. Sungguh miris, dalam sehari 120 para ilmuwan dan staf pendukung ini kehilangan pekerjaannya.(sindonews.com, 3/1/2022).

Eijkman bukan satu-satunya lembaga riset yang dilebur ke BRIN. Tercatat, sudah ada 33 lembaga/kementerian yang telah melebur dengan BRIN dari total 39 lembaga riset pemerintah, sedangkan sebanyak 6 lembaga riset masih dalam proses integrasi. Peleburan ini meliputi integrasi anggaran, aset, fungsi, dan tugas, serta pegawai negeri sipil ke dalam BRIN. (CNNIndonesia.com, 5/1/2022).

Peleburan berbagai badan/lembaga riset ini pun menuai kritik dari bagai pihak. Cendekiawan Muslim, Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA. CBE. bahkan mengatakan penciptaan BRIN yang mengintegrasikan dan melikuidasi berbagai lembaga penelitian nonkementerian ini merupakan malapetaka untuk riset dan inovasi Indonesia. Menurutnya, BRIN semestinya kembali menjalankan tugasnya sesuai dengan Undang-Undang (UU) Sistem Nasional Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, yakni sebagai pusat koordinasi. (republika.co.id, 9/1/2022).

Ya, Prof. Azyumardi Azra bisa saja benar, peleburan Eijkman ke dalam BRIN seolah menjadi lonceng malapetaka bagi riset dan inovasi Indonesia, apalagi di masa pandemi ini. Mengingat Eijkman menjadi salah satu lembaga riset yang berkontribusi dalam pengembangan riset vaksin Merah Putih. Jelas ini memunculkan pertanyaan dalam benak publik. Bagaimana masa depan riset vaksin Merah Putih?

Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko, menyebut pengembangan vaksin Merah Putih masih berjalan hingga saat ini, meskipun Eijkman telah dilebur ke dalam lembaganya. Ia juga menjelaskan bahwa tim Eijkman yang berada di BRIN sedang fokus melakukan peningkatan yield atau produktivitas bibit vaksin Merah Putih, khususnya yang menggunakan protein rekombinan. (republika.co.id, 12/1/2022).

Sementara itu, setelah sempat tertunda lantaran sejumlah persyaratan belum lengkap sehingga belum mendapatkan izin dari BPOM, uji klinis vaksin Merah Putih yang dikembangkan Universitas Airlangga Surabaya, Jawa Timur, rencananya akan dimulai pada awal Februari mendatang. Uji klinis tahap pertama ini dikabarkan akan melibatkan 100 relawan. (kompas.tv, 12/1/2022).

Diketahui publik vaksin Merah Putih direncanakan diproduksi massal pada semester kedua tahun ini. Vaksin ini pun digadang-gadang menjadi vaksin booster bersanding dengan Astrazeneca, Pfizer, dan Sinovac. Pelaksanaan vaksinasi booster ini pun rencananya akan dilaksanakan tahun ini. (covid19.go.id, 21/12/2021).

Ya, vaksin menjadi kebutuhan yang tak terbantahkan bagi dunia di tengah pandemi hari ini. Di tengah berbagai polemik terkait vaksin, Indonesia pun tengah gencar melakukan vaksinasi bagi rakyatnya. Mengutip laman covid19.go.id, 10/2/2022, Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, menyebut bahwa capaian vaksinasi Covid-19 di Indonesia telah mencapai lebih dari 280 juta dosis. Tercatat, 169 juta rakyat Indonesia sudah mendapatkan vaksin dosis pertama.

Capaian vaksinasi ini sukses menempatkan Indonesia di peringkat empat dunia dari sisi jumlah rakyat yang telah mendapat suntikan vaksin Covid-19. Di sisi lain, menjadi masa depan strategis bagi produksi vaksin secara massal.

Menilik hal ini, jelas riset vaksin Covid-19 yang dilakukan anak negeri, termasuk vaksin Merah Putih, menjadi suatu kebutuhan yang penting dan tidak mungkin dihentikan, apalagi secara mendadak. Selain itu, riset ini jelas butuh dukungan kebijakan politik yang cerdas dan sepadan agar tidak mandek di tengah jalan, mengingat adanya target mewujudkan kekebalan komunal untuk mengatasi penyebaran Covid-19.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button