NUIM HIDAYAT

Pemimpin Itu Cenderung Zalim

Keadilan juga nampak pada sahabat Rasulullah Umar bin Khattab. Saat Umar menjadi pemimpin negara (Khalifah), Umar menjauhi kezaliman. Keluarganya diingatkan agar tidak mendekati Baitul Mal, atau harta negara. Bila ada bawahannya yang kelihatan bermewah-mewah, Umar dengan segera menegurnya.

Wilayah kekuasaannya yang luas hingga ke Mesir dan Palestina, tidak menjadikan Umar bermewah-mewah membangun istananya dengan emas seperti yang dilakukan Raja Persia dan Romawi saat itu. Mesti harta negara berlimpah, Umar tetap hidup sederhana. Ia makan sebagaimana rakyatnya kebanyakan makan. Bahkan ia pernah menolak makanan mewah yang dibawa oleh tamunya, karena ingat makanan rakyatnya.

Dengan keadilan para pemimpin di masa Rasulullah dan para sahabat, maka Islam dengan cepat menyebar luas ke seluruh dunia. Termasuk ke wilayah Nusantara yang kita cintai ini (pada abad ke tujuh Masehi).

Kezaliman dalam Islam, bukan hanya menyangkut kezaliman sesama manusia atau makhluk lain. Mereka yang musyrik, yang tidak bersikap adil dalam menempatkan Tuhan, juga disebut zalim. Alhamdulillah Qur’an menyatakan, “Sesungguhnya syirik itu adalah kezaliman yang besar.” (QS Luqman 13).

Maka pemimpin yang adil, ia harus mengajak masyarakatnya untuk menjauhi kemusyrikan. Ia mengajak rakyatnya sekuat tenaga untuk memeluk agama yang benar, agama Islam.

Bila seorang pemimpin dalam mengucap salam saja sudah mengandung kemusyrikan, maka jangan harap pemimpin itu akan berbuat adil. Pemimpin yang mengucapkan salam campur lintas agama –assalamualaikum, omswatiastu, namo budhaya, rahayu, salam kebajikan- jangan harap akan bertindak adil. Pemimpin yang seperti ini menunjukkan ia tidak punya prinsip, ia tidak tahu keadilan (Islam), maka jangan harap ia akan berbuat adil.

Semoga Allah melindungi kita dari para pemimpin yang zalim dan semoga di hari-hari mendatang akan muncul pemimpin yang membawa keadilan. Pemimpin yang membulatkan diri sepenuhnya ingin meniru pemimpin terhebat dunia, Rasulullah Saw. Wallahu alimun hakim. []

Nuim Hidayat, Direktur Forum Studi Sosial Politik

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button