SUARA PEMBACA

Pendengung Hanya Hidup di Alam Demokrasi

Saat ini muncul fenomena baru yang perlu kita cermati. Yaitu adanya para pendengung atau buzzer di tengah umat. Seiring dengan kemajuan teknologi informasi, para pendengung memanfaatkan sarana yang ada untuk eksistensi mereka. Keberadaan mereka pun dimanfaatkan oleh pihak tertentu yang memiliki kepentingan. Terutama dalam urusan politik.

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan aktivitas para pendengung pendukung Presiden Joko Widodo saat ini justru merugikan presiden terpilih periode 2019-2024 itu. Ia mengimbau para pendukung Jokowi tersebut menyebarkan informasi yang positif di media sosial. (Cnn.indonesia, 4/10/2019).

Menurut Moeldoko, para pendengung tidak berada dalam 1 komando, akan tetapi masing-masing bergerak atas inisiatif sendiri-sendiri. (Cnn.indonesia, 3/10/2019). Sangat masuk akal, sebab fenomena buzzer atau pendengung muncul jelang Pemilihan Umum (Pemilu). Rasa cinta terhadap pemimpin yang diidolakan, membuat mereka mengunggah berbagai status.

Hanya saja kemudian muncul temuan menarik dari Samantha Bradshaw dan Philip N. Howard dengan judul “The Global Disinformation Order, 2019 Global Inventory of Organised Social Media Manipulation”. Lewat penelitian, mereka melihat penyebaran buzzer di 70 negara yang membentuk opini, menyebarkan ide gagasan dan agenda politik, termasuk Indonesia.

Mereka meneliti perilaku buzzer politik Indonesia yang menggunakan media sosial untuk menggiring opini publik. Bahkan buzzer politik biasanya digunakan oleh partai maupun perseorangan yang berkaitan langsung dengan politik. Menurut Samantha dan Philip, buzzer Indonesia mendapatkan gaji mulai dari Rp1 juta hingga Rp 50 juta. (Telset.id, 4/10/2019)

Secara perilaku, menurut Samntha dan Philip, ditemukan 3 tipologi pesan yang disampaikan oleh para buzzer di Tanah Air. Pertama adalah pesan dukungan terhadap pemerintah dan partai, kedua pesan berupa kritik terhadap pernyataan oposisi pemerintah, dan ketiga adalah pesan yang menggiring opini terhadap suatu isu.

Media sosial yang biasa mereka gunakan adalah Twitter, Instagram, Facebook dan WhatsApp. Ada dua tipe akun pelaku propaganda. Pertama akun otomatis atau bot dan kedua adalah akun yang dikendalikan oleh manusia. Keduanya bisa mengacaukan beredarnya informasi di tengah umat.

Hal ini tidak main-main, juga tidak bisa dianggap sepele. Sebab beredarnya hoax sangat erat hubungannya dengan para pendengung. Demi pencitraan, menggiring opini publik untuk setuju terhadap satu isu tertentu. Dan sebaliknya menyebarkan info buruk, untuk menjatuhkan oposan. Umat akan terpecah menjadi dua kubu akibat info yang keliru.

Dalam Islam tidak boleh ada info yang menyesatkan pemikiran umat. Khalifah menjaga betul agar umat senantiasa berada dalam kebenaran, yaitu ketinggian berpikir. Oleh karenanya, fenomena pendengung, tidak akan muncul di dalam pemerintahan berasaskan Islam. Sebab Islam mengatur penyebaran informasi yang beredar di tengah umat.

Strategi informasi diarahkan untuk menyampaikan Islam dengan metode yang pemaparan yang kuat dan membekas. Mengarahkan umat agar bergerak atas dasar iman bukan dorongan hajatul udhowiyah (kebutuhan jasmani) atau gharizah (naluri). Sehingga aktivitas yang muncul adalah aktivitas berkualitas. Yaitu aktivitas yang selalu terikat dengan syariat. Berada dalam kesadaran hubungan umat dengan Allah.

Perkara politik atau pengurusan urusan umat, ditegakkan atas dasar iman kepada Allah. Tidak akan ada sikap curang atau dusta demi pencitraan, apalagi saling menjatuhkan antara sesama pemimpin. Juga tidak akan ada informasi yang menjauhkan umat dari agamanya. Seluruh komponen umat melakukan penjagaan terhadap Islam, tolong menolong dalam kebaikan dan takwa.

Jika ada informasi meruap yang meresahkan umat, mereka dapat bertanya dan mengembalikan persoalan pada khalifah. Umat percaya pada pemimpinnya. Sebab kepengurusan umat dikendalikan atas dasar takwa kepada Allah subhaanahu wa ta’ala. Khalifah menjaga keimanan umat.

Sebagaimana Allah SWT berfirman: “Dan apabila sampai kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka (langsung) menyiarkannya. (Padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan ulil amri).” (QS. An-Nisa’ 4: Ayat 83)

Oleh sebab itu, para pendengung akan mati dalam negeri yang diterapkan Islam di dalamnya. Sebab Islam tidak memberi tempat beredarnya pemikiran batil yang rusak dan merusak. Umat bersama dengan khalifah akan membersihkan keburukan berbagai pemikiran dan info serta berusaha memurnikan ajaran Islam dan menerapkannya. Wallahu a’lam.

Lulu Nugroho
Muslimah Penulis dari Cirebon

Artikel Terkait

Back to top button