Pendidikan dalam Filosofi Padi

Kedua, tidak terlalu sibuk dengan urusan harta dunia. Terlebih jika dalam menuntut ilmu agama Islam yang tujuannya bukan karena keikhlasan, namun karena berniat mencari harta dunia. Terlalu sibuk dengan urusan dunia menyebabkan tidak akan memperoleh ilmu secara maksimal, karena dalam diri manusia hanya ada satu hati. “Allah sekali-kali tidak menjadikan bagi seseorang dua buah hati dalam rongganya.” (QS Al-Ahzab [33]: 4)
Ketiga, jangan merasa sudah pandai dan lebih mengetahui daripada guru. Allah berfirman, “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia meyakininya.” (QS Qaf [50]: 37).
Keempat, jangan meremehkan suatu bidang ilmu pengetahuan. Sebab ilmu itu sangat saling terkait, bersambung dan menjelaskan.
Kelima, urutkan ketertiban belajar. Setelah bisa langkah pertama, disambung langkah kedua. Jangan serta-merta seluruh pengetahuan ditelan sekaligus. Sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Baqarah ayat 121, “Orang-orang yang telah Kami berikan Kitab kepada mereka, sedang mereka membacanya dengan bacaan yang sebenar-benarnya, mereka itulah yang beriman kepadanya.”
Keenam, menuntut ilmu untuk dapat hidup di dunia dengan diri sempurna yang berbudi utama. Sedangkan di akhirat mendapat ridha Allah. Allah SWT berfirman, “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang dianugerahi ilmu pengetahuan dengan beberapa derajat.” (QS Al-Mujadalah [58]: 11).
Semoga kita mampu mengambil pelajaran (ibrah) dari filosofi padi yang selalu mampu memberikan manfaat seluas-luasnya bagi masyarakat, bangsa dan negara. Amin.[]
Imam Nur Suharno, Pendidik di Pesantren Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat