Pendidikan Islam Wujudkan Generasi Emas
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia. (TQS. Ali ‘Imran: 110)
Dalam ayat di atas, Allah menegaskan bahwa kaum Muslimin diciptakan tidak lain dan tidak bukan untuk menjadi umat terbaik. Terbaik dati segi kejayaan negaranya, kecerdasan penduduknya, keluasan ilmu agamanya, dan kesejahteraan rakyatnya.
Ironis, realitas yang terjadi justru umat ini berada di ambang kehancuran. Bagaimana tidak? Generasi yang akan mengambil tampuk kekuasaan di masa depan terjerat berbagai kasus yang menyayat hati. Mulai dari angka pengguna narkoba yang telah mencapai 2,3 juta hanya dari kalangan pelajar atau mahasiswa saja hingga kasus bullying di sekolah.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Pemerintah pusat maupun daerah untuk mengatasi problem akut yang terjadi pada generasi ini. Sebagai contoh, disadur dari IniBalikpapan.com pada Selasa (13/8/2019) siswa SD Nasional KPS mengikuti seminar bullying (perundungan) dan Pubertas yang diselenggarakan pihak sekolah bersama Komisi X DPR RI. Kegiatan tersebut dihadiri Wakil Ketua Komisi X Bidang Pendidikan DPR RI Hetifah Sjaefudian, Wakil Wali Kota H Rahmad Mas’ud dan Kadisdikbud Muhaimin dan hadir pula empat psikolog, yaitu Cristin Yoga, Riska, Patricia CWR, Renny Oceanita dan Rio Dwi Setiawan.
Kegiatan tersebut dilakukan agar memotivasi dan memberikan pengajaran langsung kepada anak-anak untuk menghindari perbuatan bullying kepada sesama siswa di lingkungan sekolah maupun di rumah. Sehingga tercapai tujuan Kota Layak Anak (KLA) dari rumah, perjalanan ke sekolah, dan sekolah.
Dilansir dari Balikpapan.prokal.co pada Rabu (14/8/2019) DP3AKB pada hari Selasa (13/8) menggelar sosialisasi pemenuhan hak dan perlindungan khusus anak. Acara tersebut digelar di Aula Kantor Kecamatan Balikpapan Timur dan dihadiri oleh ketua dan pengurus Himpaudi serta guru PAUD se-Baltim. Kegiatan tersebut menghadirkan dua narasumber, yakni Kabid Perlindungan Anak DP3AKB HM Kosyim dan Kepala Sekolah Luar Biasa Negeri (SLBN) Kota Balikpapan Mulyono.
Pada acara tersebut, Kosyim memaparkan pemenuhan hak-hak anak dan sistem penilaian KLA beserta komponen hingga indikator-indikator penilaian seperti hak sipil, kebebasan, partisipasi, minat, jumlah anak yang punya kasus, dan lain-lain.
Peluncuran program Kota Layak Anak (KLA) dengan perpanjangan tangannya yaitu Sekolah Ramah Anak (SRA) diharapkan menjadi solusi. Dengan adanya program ini hak-hak anak terjamin, mampu membentuk karakter anak, mencegah kekerasan pada anak, mencegah anak menjadi perokok maupun mengguna narkoba, dan lain sebagainya.
Menilik lebih lanjut program yang dijalankan Pemerintah atas dasar ratifikasi Konvensi Hak-Hak Anak (KHA) ini pada hakikatnya merupakan upaya melanggengkan proses liberalisasi anak. Dua nilai penting yang dimasukkan ke dalam KHA yaitu konsep HAM dan kesetaraan gender. Dua konsep sesat dan menyesatkan ini justru bertentangan dengan Islam. Ketika konsep tersebut bertentangan dengan Islam yang dalam hal ini bukan hanya sekedar agama tetapi juga aturan hidup, maka bukan generasi terbaik yang akan dihasilkan. Sebaliknya, akan lahir dan diproduksi secara massal generasi rusak dan merusak seperti apa yang diinginkan para penjajah.
Lihatlah bagaimana potret generasi Amerika Serikat, Korea Selatan, Jepang, dan negara-negara maju yang lain. Tak ada yang bisa dibanggakan selain kemajuan teknologi. Bullying hingga free sex adalah hal lumrah di negeri maju tersebut. Kemerosotan moral, kesenjangan sosial, kegersangan spiritual, kriminalitas, dan ketidakbahagiaan mewarnai hari-hari mereka. Pertanyaannya, inikah yang diinginkan dengan mengadopsi nilai-nilai Barat tersebut dalam bentuk menjamin hak-hak anak dengan kacamata penjajah?
Ketika negeri ini menginginkan lahirnya generasi berkarakter Islam, yang tidak hanya pandai di sekolah tetapi juga mampu mengaplikasikan pemahamannya untuk menyelesaikan permasalahan kehidupan, beriman, bertakwa, serta memiliki budi pekerti yang luhur, sudah sepantasnya Pemerintah melirik sistem Islam. Dimana di dalam sistem Islam tersebut, terdapat sebuah sistem pendidikan Islam yang mampu melahirkan generasi terbaik (Ali ‘Imran:110), shalih (Adz Dzariyat:56, Al A’raf:189), penyenang hati (Al Furqan:74), pemimpin orang-orang bertakwa (Al Furqan:74, Al Baqarah:30), serta cerdas (Ali ‘Imran:190).