Pengamat Politik Israel: Hamas Menangkan Pertempuran Kesadaran
Tel Aviv (SI Online) – Seorang pengamat politik dari Israel berpandangan, agresi Israel ke Gaza sejak Senin lalu “hampir berakhir”. Pengamat ini menilai Hamas telah memenangkan pertempuran kesadaran, sebaliknya, komandan militer Israel membanggakan “prestasi angkatan udara”.
Kepala pengamat politik Yedioth Ahronoth, Nahum Barnea, mengatakan, “Terlepas dari semua pembicaraan tentang intensifikasi serangan, ‘Operasi Penjaga Tembok’ akan segera berakhir.”
“Komando militer Israel bangga atas prestasi Angkatan Udara, termasuk kerusakan besar pada gudang senjata Hamas, pembunuhan perwira senior, serangan bawah tanah, penghancuran kantor Hamas dan menara kota,” ungkap Barnea.
Baca juga:
- Al-Qassam Telah Merudal Dua Stasiun Iron Dome dan Pangkalan Udara Israel
- Delapan Langkah Partai Ummat Lawan Israel: Dari Boikot Produk, Perang Siber Hingga Doa
- Pesan Idulfitri Mesut Ozil: Doa Saya untuk Saudara-Saudari Saya di Palestina
Dia menunjukkan selama rapat kabinet, perwira militer Israel mengklaim dari perspektif militer murni, Israel telah mencapai dalam 50 jam apa yang belum dicapai dalam 50 hari saat agresi di Gaza pada 2014.
“Hamas tidak berjuang untuk real estat atau misilnya, melainkan untuk kesadaran. Gerakan tersebut benar-benar memenangkan pertempuran kesadaran. Para pemimpin Hamas akan memiliki hal-hal untuk diceritakan pada konferensi pers setelah gencatan senjata,” ujar dia.
Dia menegaskan, “Pengeboman Yerusalem dan Gush Dan, dan penembakan roket yang terus berlanjut meskipun terjadi pemboman besar-besaran di Gaza, membuat Hamas muncul di hadapan Dunia Arab sebagai pelindung Yerusalem dan situs-situs suci, yang menyulut api di dalam Israel.”
Menurut Barnea, “Israel berada dalam labirin, karena kepemimpinan politik tidak berniat pindah ke operasi darat dan tidak ada rencana untuk menduduki daerah itu. Tidak ada yang memperkirakan bendera putih berkibar di atas rumah-rumah di Gaza.”
“Kesimpulannya jelas untuk operasi ini, yang memiliki nama tetapi tidak memiliki tujuan yang dinyatakan. Hanya ada satu tujuan, yaitu waktu; dalam keadaan baik tujuh tahun (masa tenang) seperti agresi 2014 dan yang terburuk dari situasi, empat tahun,” ungkap dia.
Dia menunjukkan, “Tidak ada yang berniat untuk mengubah paradigma dan mencapai kesepakatan jangka panjang atau mengusir Hamas dari Gaza. Apa yang telah terjadi lagi. Pada akhir pekan, kita akan tahu apakah putaran pertarungan saat ini telah berakhir, atau sesuatu telah terjadi yang akan memperumit dan memperpanjang perang.”
Dia mengklaim, “Yerusalem, yang menjadi alasan di balik konflik, tidak lagi menjadi sorotan. Tidak ada pertempuran di Masjid Al-Aqsa, tidak ada demonstrasi di Syekh Jarrah, tidak ada pawai bendera (dipimpin oleh pemukim), dan di Tepi Barat, ada keheningan yang aneh seolah-olah perang sedang terjadi di benua lain.”
Barnea menyimpulkan dengan meramalkan, “Mungkin ini bukan akhir perang, tapi mungkin ini awal dari akhir.”
Namun Barnea tidak menjelaskan lebih rinci apakah ini awal dari akhir Israel atau awal dari akhir Hamas dan Palestina. [sindonews.com]