SIRAH NABAWIYAH

‘Pengkhianatan’ Hathib Bin Abu Balta’ah

Hathib bin Abu Balta’ah merupakan salah seorang dari sahabat Nabi yang ikut berhijrah dari kota Makkah ke Madinah. Ia juga menjadi mujahid dalam beberapa peperangan melawan kaum kafir yang salah satunya ialah perang Badar.

Sama dengan sahabat yang lain, Hathib berhijrah dan meninggalkan sejumlah harta dan juga keluarganya yang berada di Makkah.

Ketika kota Makkah berada di dalam kekuasaan kaum Qurays, Rasulullah Saw berencana untuk menaklukkan kembali kota Makkah. Peristiwa penaklukan ini dikenal dengan peristiwa Fathu Makkah.

Tatkala Rasulullah Saw mempersiapkan pasukan secara rahasia untuk menuju Makkah, Hathib bin Abu Balta’ah mengetahui rencana rahasia Rasulullah dan menulis surat yang ditujukan kepada orang-orang Quraisy.

Surat tersebut memberi kabar terhadap kaum Quraisy perihal keberangkatan Rasulullah menuju tempat mereka. Surat itu kemudian dititipkan Hathib bin Abu Balta’ah kepada seorang wanita dan dia akan memberinya hadiah apabila perempuan tersebut bersedia mengirim surat tersebut kepada orang-orang Quraisy.

Menurut Muhammad bin Ja’far wanita tersebut bernama Muzainah dan pendapat lain mengatakan wanita tersebut bernama Sarah yang merupakan mantan budak dari salah seorang dari bani Abdul Muthalib. Kemudian wanita tersebut menyembunyikan surat itu dalam gelungan rambut kepalanya dan berangkat menuju Makkah.

Pada saat yang sama, Rasulullah Saw mendapatkan kabar dari langit tentang apa yang dilakukan Hathib bin Abu Balta’ah. Kemudian Beliau bergegas mengutus sahabat Ali dan al-Miqdad seraya bersabda, “Segeralah pergi hingga kalian tiba di Rudhoh Khakh. Di sana ada seorang wanita yang membawa selembar surat yang ditujukan kepada Quraisy.”

Ali dan al-Miqdad segera berangkat dan memacu kudanya dengan kencang hingga mereka dapat menyusul wanita tersebut di Khulaiqah Bani Ahmad. Mereka meminta wanita tersebut untuk berhenti seraya berkata, “Engkau sedang membawa selembar surat”.

Wanita itu menjawab, “Aku tidak membawa sepucuk surat pun”.

Mereka kemudian memeriksa hewan tunggangannya, namun tidak dapat menemukan apa yang mereka cari. Ali bin Abi Thalib berkata, “Aku bersumpah dengan nama Allah bahwa Rasulullah Saw tidak berbohong, dan kami juga tidak berbohong. Demi Allah engkau mengeluarkan surat itu ataukah kami benar-benar akan menelanjangimu.”

Setelah mendengarkan keseriusan Ali, kemudian wanita itu berkata, “Berpalinglah dariku!” Ali dan al-Miqdad kemudian mengalihkan pandangannya. Kemudian wanita tersebut mengeluarkan surat tersebut dari gelungan rambutnya dan memberikannya kepada mereka berdua. Setelah itu mereka berdua kembali dan menyerahkan surat yang ditulis Hathib bin Abu Balta’ah kepada Rasulullah Saw.

Rasulullah memanggil Hathib dan bertanya, “Apa ini wahai Hathib?”

“Jangan terburu-buru menuduhku wahai Rasulullah. Demi Allah, aku adalah orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Aku tidak murtad dan tidak mengubah agamaku. Dulu aku adalah seorang anak angkat di tengah Quraisy. Di sana aku mempunyai keluarga, kerabat dan anak. Sementara itu, tidak ada kerabatku yang bisa melindungi mereka. Padahal orang-orang yang bersama engkau mempunyai kerabat yang bisa melindungi mereka. Karena itu aku ingin memiliki kerabat yang bisa melindungi keluargaku di sana,” jawab Hathib.

1 2Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button