Peradaban Islam yang Mulia dan Peradaban Barat yang Bobrok

وَيَوْمَ نَبْعَثُ فِي كُلِّ أُمَّةٍ شَهِيدًا عَلَيْهِمْ مِنْ أَنْفُسِهِمْ ۖ وَجِئْنَا بِكَ شَهِيدًا عَلَىٰ هَٰؤُلَاءِ ۚ وَنَزَّلْنَا عَلَيْكَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً وَبُشْرَىٰ لِلْمُسْلِمِينَ
“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al-Qur’an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (QS. an Nahl 89)
Dalam dua ayat di atas, bila kita renungkan, maka Al-Qur’an atau Islam ini adalah solusi bagi semua permasalahan manusia. Baik solusi lahiriah maupun batiniah.
Dalam masalah seksual misalnya, Islam memberikan solusi dengan pernikahan. Dalam pernikahan pun ada bimbingan agar rumah tangga itu menjadi sakinah (tentram/bahagia). Dan bila laki-laki itu mempunyai kemampuan seks yang besar, Islam pun memberikan jalan keluar dengan menikah lebih dari satu istri. Dengan syarat laki-laki itu mampu dan bisa berlaku adil bagi istri dan anak-anaknya. Selain itu, laki-laki juga harus dapat mendidikan istri-istri dan anak-anaknya menjadi generasi yang shalih.
Dalam bidang ekonomi, Islam mempunyai jalan pemecahan yang beda dengan Barat. Bila Barat mengandalkan ekonominya berbasis riba dan pajak, Islam mendasarkan ekonominya pada zakat, sedekah dan wakaf. Riba dan pajak yang diterapkan di negeri kita misalnya, membuat kemelut ekonomi yang susah untuk ditanggulangi. Karena riba dan pajak itu sendiri membuat masyarakat ‘mentalnya rusak’. Yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin. Keduanya tidak membuat masyarakat ikhlash membayarnya.
Beda dengan zakat, sedekah dan wakaf. Ketiganya rakyat ikhlash membayarnya. Rakyat dari relung hatinya membayar ketiga hal di atas. Mereka membayar zakat, sedekah atau wakaf karena perintah Al-Qur’an, membayar dengan ikhlash lillahi Taala. Beda dengan bayar pajak atau riba yang dipenuhi dengan rasa kesal dan terpaksa.
Dalam dunia pendidikan, Barat juga mulai kedodoran. Mereka hanya bisa mendidik akal para siswa atau mahasiswa. Mendidik moral atau jiwa mereka kebingungan. Karena mereka tidak punya pegangan kitab suci yang otentik (Al-Qur’an). Di sisi mereka ada Bibel sebenarnya, tapi mereka malas menggunakan karena mereka tahu bahwa Bibel banyak kesalahan di dalamnya.
Jadi Barat bisa mendidik orang menjadi pintar atau cerdas, tapi tidak bisa mendidik mereka menjadi shalih (bermoral). Padahal semakin cerdas seseorang tapi tidak shalih, maka makin merusak masyarakat. Lihatlah perilaku pemimpin-pemimpin Amerika dan Israel. Mereka cerdas, tapi tidak bermoral, sehingga tidak ada empati kepada manusia lain. Membunuh lebih dari 100 ribu orang di Gaza, mereka biasa saja. Mereka memberikan makanan yang mahal-mahal ke anjing mereka dan membiarkan jutaan manusia di Afrika atau belahan dunia lain kelaparan.
Mereka tidak punya kitab suci yang mendorong sedekah sebagaimana Al-Qur’an. Renungkanlah Al-Qur’an yang mendidik manusia harus berempati kepada manusia lain. Bahkan di surat awal al Baqarah, perintah zakat atau sedekah ini dianjurkan.
الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
“(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezeki yang Kami anugerahkan kepada mereka.” (QS. al Baqarah 3)
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. al Baqarah 261)