Perilaku Buruk Orang Lain Jadikan Pelajaran bagi Diri
Manusia, adalah tempatnya lupa. Bahkan orang saleh sekalipun, bisa saja sesekali terjerumus dalam kesalahan. Namun baiknya, segera ingat dan memohon ampunan kepada-Nya. Tidak malah meneruskan kelalaian hingga lupa jalan kembali menuju-Nya.
Abu Hamid al-Ghazali dalam kitab Bidāyah al-Hidāyah [66], membagi manusia menjadi tiga kelompok.
Pertama, seperti makanan, yang mana ia tidak bisa ditinggalkan karena amat diperlukan bagi keberlangsungan hidup.
Kedua, seperti obat, yang hanya dibutuhkan pada saat tertentu saja ketika diperlukan.
Ketiga, seperti penyakit, yang tidak dibutuhkan sama sekali, tetapi mungkin saja orang lain dapat terhibur olehnya untuk sementara waktu. Jenis ini adalah orang yang tidak membawa kemanfaatan maupun kenyamanan, sehingga perlu bertindak bijak dan berhati-hati dalam berinteraksi dengannya supaya terbebas dari dampak negatif.
Meski demikian, golongan ketiga ini dapat memberikan manfaat besar bagi kehidupan kita, yakni jika kita dapat menyaksikan keburukan sifat dan perbuatannya, sehingga kita dapat mengambil pelajaran untuk menjauhi sifat dan perbuatan buruk tersebut.
Sebagaimana diceritakan kisah Nabi Isa a.s., ada orang yang bertanya kepadanya: “Siapa yang mendidikmu?” Nabi Isa a.s. menjawab, “Tidak ada yang mendidikku, tetapi aku melihat kebodohan orang bodoh, lalu aku menghindarinya.”
Dalam ucapannya, dapat disimpulkan bahwa jika manusia menghindari hal-hal yang mereka tidak sukai dari orang lain, niscaya akhlak mereka akan sempurna tanpa perlu dididik oleh siapa pun. Bilamana ada orang yang sekiranya berbuat keburukan, tidak usah dibatin ‘nemen-nemen’, tidak usah menjadi bahan gunjingan. Cukup jadikan pelajaran bagi diri sendiri supaya tidak menirunya. Katakan dalam hati bahwa: itu tidak baik, jangan ditiru.
Umumnya, kita dididik untuk meniru hal-hal yang baik dari orang lain. Meneladani perilaku orang-orang saleh. Namun yang jarang tersorot, perilaku kurang baik seseorang yang kita saksikan ternyata mengandung ibrah bagi kita.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa dengan kesaksian kita atas perilaku kurang baik orang lain, hendaknya menjadikan pelajaran dengan memberitahu diri kita sendiri jika perbuatan itu tidaklah baik dan sebaiknya dihindari.
Apabila melihat seseorang yang berbuat mungkar, sesungguhnya yang buruk hanyalah perilakunya, bukan orangnya. Hendaknya kita membenci kemungkarannya, bukan pelakunya. Manusia berkesempatan dapat berubah menjadi lebih baik, sedangkan perbuatan mungkar tetaplah mungkar. Wallāhu A’lamu.
Fatia Salma Fiddaroyni, Alumnus PP. Bahrul Ulum Tambakberas, Jombang, Masih nyantri di Ponpes Al-Amien, Ngasinan, Kediri.