NASIONAL

Pertamina Lambat Sikapi Isu Penghapusan Pertalite dan Premium

Jakarta (SI Online) – Anggota Komisi VII dari Fraksi PKS, Mulyanto, menyesalkan sikap lambat Pertamina menanggapi isu penghapusan BBM jenis Pertalite dan Premium.

Menurut Mulyanto, dalam kondisi darurat pandemi seperti ini Pertamina harusnya bisa lebih sigap menanggapi kabar yang dapat menimbulkan gejolak di masyarakat.

“Jika memang tidak ada rencana menghapus BBM jenis Pertalite dan Premium harusnya Pertamina segera mengklarifikasi isu itu ketika baru muncul. Secara resmi Pertamina membuat surat edaran yang dapat menjadi acuan bagi masyarakat,” kata Mulyanto dalam keterangan tertulisnya, Senin 22 Juni 2020.

Mulyanto mengingatkan, jangan sampai isu tidak benar itu merebak di masyarakat Pertamina baru menyampaikan pernyataan sikap. Hal tersebut bisa membuat masyarakat berpikir Pertamina memang ada rencana menghapus Pertalite dan Premium.

“BBM itu isu yang sensitif. Jangankan dihilangkan, dinaikan saja harganya bisa membuat rakyat demo berhari-hari. Jadi sebaiknya Pertamina jangan sembarangan mengeluarkan pernyataan,” ungkap Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI ini.

Kemudian, Mulyanto juga meminta Pertamina lebih aktif menyosialisasikan penggunaan bahan bakar ramah lingkungan sebelum memutuskan menghilangkan Pertalite dan Premium.

Jika memang dalam waktu tertentu Pertamina ingin ada peralihan pola konsumsi BBM masyarakat dari yang biasa menggunakan BBM berbahaya ke BBM ramah lingkungan sebaiknya dibuat rencana kerja khusus untuk merealisasikan rencana tersebut.

Rencana kerja tersebut sebaiknya disampaikan ke DPR untuk mendapatkan tanggapan. Dengan demikian rakyat jadi tahu setiap kebijakan yang akan diterapkan.

“Jangan seperti sekarang yang terkesan mau mengakali-akali kebijakan. Dilontarkan dulu sebuah isu untuk melihat reaksi masyarakat. Jika terjadi penolakan maka akan ditarik dan bersikap seolah-olah isu tersebut tidak benar,” kata politisi dari Dapil Banten ini.

Ke depan Mulyanto minta Pertamina lebih transparan dalam merumuskan kebijakan. Jangan seperti kasus harga jual BBM nonsubsidi yang hingga saat ini masih belum disesuaikan dan tidak jelas ujung pangkalnya.

“Dalam hal ini Pertamina harus lebih terbuka. Jangan ada kebijakan yang ditutup-tutupi. Biarkan masyarakat tahu setiap tahap kebijakan yang akan dibuat. Jangan mendadak diterapkan sebelum disosialisasikan,” tandasnya.

red: farah abdillah

Artikel Terkait

Back to top button