RESONANSI

Pesantren Teruji Melahirkan Lulusan Berkarakter

Pertama, pesantren mengajarkan hakikat keimanan. Keimanan adalah pegangan pokok dan sangat menentukan bagi kehidupan manusia, karena iman menjadi landasan bagi setiap amal yang dilakukannya. Hanya amal yang dilandasi iman-lah yang akan mengantarkan manusia kepada kehidupan yang baik dan kebahagiaan yang hakiki di akhirat nanti.

Karena iman itulah dasar dan pondasi setiap langkah. Iman ini yang akan membentuk fikrah (pola pikir seseorang) menjadi seorang muslim yang bersih aqidahnya (salimul aqidah). Itulah bekal asasi memasuki hari-hari yang paling menentukan di ”… hari yang tidak berguna lagi harta dan anak-anak, kecuali yang menghadap Allah dengan hati yang lurus.” (QS Asy-Syu’ara [26]: 88-89).

Kedua, para santri menerima ilmu yang luas dari pendidikan di pesantren. Para santri tak cuma menerima ilmu menyangkut keagamaan, namun para santri betul-betul beribadah kepada Allah SWT. Sebab, selama 24 jam santri mendapat bimbingan dan pengawasan secara intens dari para ustadz/kiai. Para santri pun dibekali pemahaman kemandirian dan bagaimana mencari rezeki yang halal sehingga dapat membentuk kepribadian santri yang mandiri.

Ketiga, dalam pesantren para santri pun diajarkan tentang akhlak mulia. Dengan akhlak mulia, diharapkan mereka menjadi suri teladan bagi keluarga dan masyarakatnya. Oleh karena itu, banyak lulusan pesantren yang memiliki kontribusi besar dalam membangun negeri ini.

Keempat, lulusan pesantren dituntut untuk menjaga, mengamalkan, dan meningkatkan amal saleh. Sebab, Islam menginginkan orang yang berilmu mengamalkan ilmunya demi kebaikan diri dan orang lain. Ilmu pada seseorang ibarat sebatang pohon dan amal sebagai buahnya.

Oleh karena itu, pesantren menjadi pilihan utama pendidikan berkualitas dan tempat yang tepat untuk membentuk insan paripurna (insan kamil), atau sederhananya menjadikan anak saleh (berkarakter) dan pinter.

Betah di Pesantren

Modal belajar di pesantren adalah rasa betah. Jika tidak betah, anak pintar pun akan kehilangan konsentrasi belajar. Sebaliknya, jika anak itu pas-pasan tetapi betah di pesantren, ia akan dapat konsentrasi dan belajar dengan baik.

Hal yang perlu dilakukan orang tua ketika anak belajar di pesantren adalah doa. Jika segala upaya sudah dilakukan, maka langkah berikutnya adalah menguatkan diri dengan doa. Sebab yang membolak-balikkan hati itu, bukan siapa-siapa tetapi Allah SWT.

Pada umumnya, orang tua memasukkan anak ke pesantren, ingin memperoleh tempat aman dan nyaman bagi anak. Tempat yang sesuai dengan harapan orang tua. Apalagi banyak tempat saat ini mengkawatirkan orang tua. Pendek kata, orang tua meghendaki pendidikan yang diberikan ini menghasilkan peserta didik menjadi anak saleh dan pintar.

Pola aktivitas keseharian di pesantren berbeda. Jika di rumah anak lebih banyak nonton televisi dan internetan, di pesantren lebih banyak mengkaji Alquran. Hal sama terjadi juga dalam hal makan dan minum. Di rumah, makan, minum, dan mandi tidak harus mengantre. Di pesantren harus mengantre, sepintas hal ini tampak sepele, tetapi dikemudian hari anak akan tumbuh menjadi insan yang berkarakter sabar dan mandiri.

Kehidupan pesantren, mengantarkan anak pada kehidupan 24 jam bersama teman. Jika di rumah hanya mengenal beberapa orang, maka di pesantren akan mengenal banyak orang dengan latar belakang keluarga dan daerah yang berbeda-beda.

Laman sebelumnya 1 2 3Laman berikutnya

Artikel Terkait

Back to top button