#Menuju Pilpres 2024RESONANSI

Pilpres 2024: Rezim Versus Oposisi

Sedangkan, koalisi Gerindra-PKB yang kemudian baru mendeklarasikan pasangan Prabowo-Cak Imin, sesungguhnya ini hanya sebagai penggembira saja di tengah-tengah adanya gelanggang laga antara dua kekuatan rezim penguasa melawan kelompok oposisi. Karena baik Gerindra maupun PKB sama-sama meninggalkan luka sejarah di publik.

Gerindra tengah ditinggalkan oleh pendukungnya ketika Prabowo-Sandi bergabung dengan kabinet Jokowi, yang semula berharap bisa mengobati polarisasi yang terjadi dengan rekonsiliasi, malah justru memperparah kekecewaan pendukungnya hingga menarik diri dan banyak yang akan mendukung Anies Baswedan.

Demikian juga PKB dengan Cak Iminnya, PKB yang didirikan tokoh besar Islam yang pernah juga menjadi Presiden, Gusdur, dalam perkembangannya selaku Ketua Umum Cak Imin sudah banyak ditinggalkan kalangan pengikut prinsipil dan fundamental Gusdurian. Termasuk, merambah ke kalangan NU lama tegak lurus yang tidak setuju ketika PKB berkoalisi dengan partai-partai oligarki bersama PDIP mengusung Jokowi, semakin kentara ketika di periode kedua.

Namun, yang jelas bilamana koalisi kedua partai ini bisa meyakinkan para pendukungnya bahwa partai ini memang hendak melakukan “returning political” kembali menjunjung tinggi kedaulatan rakyat, tanpa campur tangan keikutsertaan oligarki konglomerasi yang masih membekasinya, boleh jadi koalisi ini akan menjadi kuda hitam di antara perlagaan politik antara arus utama rezim penguasa versus oposisi.

Dan lazimnya, jika Indonesia memang menginginkan angin perubahan itu sungguh-sungguh, maka di manapun sejarah negara dan bangsa di dunia dalam perjuangan menegakkan demokratisasi itu, kelompok oposisilah yang akan memenangkan bagaimana pun sengitnya pertarungan di gelanggang politik itu. Semoga!! Wallahu a’lam Bishawab.

Mustikasari-Bekasi, 20 Juni 2022

Dairy Sudarman, Pemerhati politik dan kebangsaan.

Laman sebelumnya 1 2

Artikel Terkait

Back to top button