OPINI

Pokoknya Harus Turun!

Pak Jokowi tegas. Beliau meminta kerjasama semua pihak agar kurva virus corona baru penyebab Covid-19 bisa turun Mei 2020. Target Pak Jokowi diperkuat dengan prediksi para ahli.

Direktur Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman, Prof Amin Soebandrio, sempat menyebut wabah Corona diperkirakan usai pada pertengahan April hingga Mei. Pakar statistika dan alumni MIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) memprediksi pandemi virus Corona di Indonesia bakal berakhir Mei 2020.

Berkebalikan dengan para ahli nusantara, peneliti Singapura menilai wabah corona di Indonesia diprediksi berakhir awal Oktober 2020. Sebelumnya, penelitian dari SUTD menggunakan data penyebaran virus corona di Indonesia pada 29 April 2020 dan menghasilkan kesimpulan corona di Indonesia berakhir pada 1 September 2020. Nah, kini mereka menggunakan data pada 5 Mei 2020 dengan hasil akhir wabah Covid-19 pada 7 Oktober 2020. (cnbcindonesia.com, 7/5/2020)

Melalui video conference di Istana Merdeka, kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (6/5/2020), Presiden menegaskan fokus kerja utama saat ini adalah mengendalikan Covid-19 secepat-cepatnya. Dengan cara apapun kurva corona harus benar-benar turun.

Semangat membara Presiden untuk menuntaskan wabah dengan target di bulan Juli kasus corona sudah harus dalam tahapan ringan patut diapresiasi. Ada harapan tinggi dari Presiden agar wabah ini segera berakhir. Aktivitas kembali normal seperti sedia kala. Siapa yang tak senang jika badai corona berlalu? Semua manusia di dunia pasti menyambutnya dengan suka cita. Terlebih Indonesia.

Corona masuk ke Indonesia pada detik dimana negara lain sudah mulai menata diri mereka dengan pandemi ini. Per 7 Mei 2020, kasus corona di Indonesia masih menunjukkan kenaikan yang cukup stabil, yaitu sebesar 12.776 kasus positif. Provinsi DKI, Jawa Barat, dan Jawa Timur adalah episentrum kasus positif terbanyak di Indonesia. Artinya, PSBB belum bisa dikatakan efektif menahan laju pertambahan kasus baru.

Dengan segala cara, kasus corona harus turun akhir Mei, kata Pak Presiden. Pertanyaannya, dengan cara apa? Kebijakan yang bagaimana? Jangan bilang dengan ilmu ‘Pokok’e turun’. Kalau sudah pokok’e, sepertinya penguasa tak mau ambil pusing. Bagaimana mau turun, jika PSBB dilonggarkan? Bagaimana mau turun jika mobilitas kerja masyarakat masih begitu tinggi? Mereka keluar rumah bukan karena bandel.

Namun, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bansos kian tak jelas targetnya. Kartu Pra Kerja makin khayali saja. Kartu sembako tak tahu rimbanya. Bantuan PKH dan sebagainya realisasinya masih samar. Programnya menjanjikan, tapi pelaksanaan dan penyalurannya masih disangsikan.

Bagaimana kasusnya bakal turun sementara kebijakan satu menteri dengan menteri lainnya tumpang tindih? Yang satu menyerukan wajib patuhi physical distancing, satunya lagi malah mengaktikan seluruh moda transportasi. Ambyar!

Kami rakyat hanya bisa menuntut keseriusan pemerintah. Pokoknya penuhi kebutuhan kami. Maka dengan sendirinya rakyat pasti patuh untuk tidak keluyuran keluar rumah demi sesuap nasi.

Dengan segala cara, berikan hak kami sebagai rakyat. Uruslah kami dengan benar. Jangan muter-muter bin ruwet. Jika mau benar-benar kasus corona turun signifikan, kerjasama yang baik harus terjalin. Negara membuat kebijakan karantina atau PSBB yang totalitas. Negara juga memenuhi kebutuhan rakyat yang terdampak. Rakyat pun dengan senang hati stay at home. Karena kehidupan mereka sudah terjamin. Bisa?

Chusnatul Jannah
Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban

Artikel Terkait

Back to top button