Politik Identitas Bukanlah Kesalahan
Jelas propaganda itu hanya ditujukan kepada seorang Gubernur yang baru saja melakukan perpisahan dihadiri begitu ramai orang tanpa imbalan kaus, sembako, kartu, sepeda sebagainya.
Sependek pengetahuan saya tidak pernah terdengar dimana Anies disokong dengan menjual politik identitas yang menimbulkan konflik sebagaimana adanya pasukan berani mati membela seorang mantan presiden suatu ketika dulu.
Jika dilihat dari segi defenisi politik identitas menurut ahli akademik seperti Mary Bernstein maka boleh dikatakan semua calon menggunakan politik identitas yaitu pendekatan politik berdasarkan kaum, agama, jantina, orientasi seksual, kewarganegaraan, kelas sosial dan latar belakang sosial.
Dengan arti kata politik yang menonjolkan foto kakek, suku kaum yang tidak ada kaitannya dengan prestasi dan kualitas pribadi calon tersebut juga bisa dikatakan sebagai bagian dari politik identitas.
Jika dilihat dari segi undang-undang pula, politik identitas bukanlah sebuah pelanggaran seperti politik uang, korupsi dan sebagainya yang banyak berlaku selama ini.
Politik dentitas adalah menjual identity untuk menang dan berkuasa. Namun di Indonesia justru yang berlaku sebaliknya, Anies umpamanya sependek pengetahuan saya tidak pernah menjual identity untuk tujuan politik menang berkuasa tetapi beliau justru menjual prestasi selama menjabat sebagai Gubernur Jakarta yang daftar keberhasilan dan prestasi tersebut dapat dengan mudah apabila kita cari dalam Google.
Pendekatan Anies boleh dikatakan sebagai antithesis sebuah partai di Malaysia yang seringkali menggunakan istilah Islam seperti hudud RUU 355 penyatuan ummah sebagainya tetapi jarang sekali mereka menunjukkan apa saja prestasi mereka selama memimpin beberapa negeri demi kemakmuran keadilan dan kedaulatan rakyat sebelum ini.
Slogan Islam terancam, pemandu mabuk, LGBT yang mereka jual semasa jadi oposisi juga hanya bagaikan tikus membaiki labu setelah mereka menjadi pemerintah.
Jika politik identitas bukan sebuah kesalahan yang melanggar undang-undang, maka yang jelas-jelas melanggar undang-undang dan harus diperangi secara istiqamah itu adalah politik uang, korupsi, kolusi, nepotisme, salah guna kuasa judi online, jual barang bukti narkoba, hukum rimba yang jelas merusak masa depan bangsa dan negara.
Dalam Islam disebut manusia dicipta berbangsa-bangsa dan berkabilah kabilah dengan tujuan untuk saling mengenal antara satu dengan lainnya.
Jangankan dalam politik, penyokong bola pun selalunya menggunakan identity masing-masing. Dan jika berlaku tragedy seperti di Kanjuruhan maka yang ditindak adalah tragedinya bukan dengan menghapuskan sepak bola dalam negara.
Afriadi Sanusi, Ph.D, Penulis adalah doktor bidang politik Islam Universiti Malaya Kuala Lumpur Malaysia.