Prabowo dan Sandi Membanggakan
Membanggakan
Tipikal orang besar, orang yang tahu romantika perjuangan memanusiakan manusia, yang tahu kesuksesan adalah kemampuan mengenal sisi manis dari kegagalan, mengubah dan menjadikannya kekuatan, Prabowo- Sandi tak tenggelam, menyibukan diri menanggapi kritik keras, hoaks yang dialamatkan langsung kepada keduanya. Fokus, fokus dan fokus muncul menandai perjalanan mereka sejauh ini.
Uang dan duren yang diberikan kepada keduanya, disejumlah tempat yang dikunjungi, menandai keduanya ada dihati rakyat. Para pemberi ini jelas berkelas. Mereka jelas memiliki adab tinggi. Mengapa? Tradisi kotor pemilu atau pemilihan sejak zaman Romawi kuno adalah para calon orang besar menebar, menyebarkan hadiah barang, jabatan, uang, pesta dan lainnya. Para pemberi uang dan duren kepada Pak Prabowo dan Sandi, jelas membalikan praktik kotor itu. Ini hebat.
Fakta ini, dalam batas tertentu, merupakan buah manis dari keberanian Prabowo secara lugas menyatakan dirinya akan didedikasikan sepenuhnya sebagai alat rakyat. Cukup berani, Prabowo menyatakan betapa mati akan menjemput siapapun, dan kelak bila waktunya tiba, jelas tidak bakal bawa harta ke alam akhirat. Masyaallah.
Ingatlah kematian, karena itulah hal paling pasti dalam hidup ini. Ingatlah kematian agar dikau tak teracuni hiruk-pikuk manipulatif dunia, yang sangat menggoda ini. Dikau datang tanpa apa-apa, dan kelak kembalipun tak membawa apa-apa. Kekuasaan adalah pusat malapetaka, bila keliru, entah karena apa, mendedikasikannya.
Kekuasaan akan bermakna bila darinya mengalir keadilan. Kala keadilan mengalir dari kekuasaan, karena penguasa ingat mati, tahu betapa mati tak membawa apa-apa, maka kekuasaan itu akan menjadi sumbu keadilan, kesejahteraan dan kemakmuran. Itulah yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Sallallahu alaihi wasallam, para khulafaarrasyidin, dan pemimpin Islam lain sesudah itu.
Sungguh masuk akal, sejauh ini, rakyat membanggakan Pak Prabowo dan Pak Sandi. Mereka berdua, sejauh ini ada dihati rakyat. Masuk akal, karena Pak Prabowo dan Pak Sandi, tak sekalipun terlihat mengada-ada. Penampilan keduanya ditengah masyarakat selalu apa adanya. Mereka, cukup beralasan diduga, tahu membangun kesan melalui penampilan, tak pernah, dalam sistem politik apapun, menjadi elemen dalam mengurus negara.
Bendera Golkar yang ikut dibawa masyarakat, dalam kampanye Pak Prabowo di Makassar hari ini, nampaknya tidak mengada-ada. Golkar memang Ke Jokowi, tetapi sebagian fungsionaris, yunior dan senior, bahkan calegnya kalau tidak seluruhnya, sebagian ke Pak Prabowo. Itu bagus. Mereka otonom, tidak terbawa arus partai.
Otonomi terhebat diperlihatkan, dimiliki Erwin Aksa, anak muda cerdas dan murah senyum dari Makasar ini. Tipikal orang berkelas, Erwin tidak hanya menyatakan dukungannya kepada Pak Prabowo dan Pak Sandi, karibnya, Erwin juga mengorganisir pengusaha mendukung Pak Prabowo dan Sandi. Tak berhenti disitu, dan ini membanggakan, Erwin ikut naik ke atas panggung kampanye Pak Prabowo di Makassar.
Lupakanlah survei. Sudah terlalu sering, kata sejumlah pakar, mereka salah. Para polster, kata John Coleman, adalah ujung tombak pengubah, pengarah ekspektasi masyarakat. Mereka ini, dengan hasil polling atau surveinya, hendak membangun kesan hebat atas sesuatu atau orang yang dijagokan. Itu sebabnya Pak Prabowo tidak memercayai survei-survei itu.