Prabowo Menang de-Facto, Jokowi Menang de-Survai
Semua orang harus bersabar. Kemenangan de-jure itu tidak terlalu lama. Lebih-kurang 100 hari saja lagi.
Nah, bagaimana dengan paslon 01, Pak Jokowi dan Ma’ruf Amin? Mereka juga menang. Itulah hebatnya pemilu/pilpres di negara kita. Bisa terjadi sama-sama menang. Cuma, perbedaannya sangat kontras. Pak Jokowi itu ‘menang de-survai’. Bukan ‘de-facto’.
Apa arti ‘menang de-survai’?
Yang dimaksud ‘menang de-survai’ adalah menang di tangan lembaga-lembaga survai yang bekerja untuk Pak Jokowi. Dalam hal ini, Jokowi-Ma’ruf Amin mereka prediksikan akan menang sekian persen. Persentasenya mewah sekali.
Pokoknya, rata-rata lembaga survai, khususnya Lingkar Survei Indonesia (LSI) yang dipandu oleh Denny JA (DJA), selalu menghibur dan memberikan harapan kepada Jokowi. Mereka tidak mau mengakui kemenangan de-facto Prabowo-Sandi. Bagi DJA, sepanjang tahun dan sepanjang “akal sehat” mereka, Jokowi tetap menang.
Bisa dimaklumi. Sebab, DJA menerapkan metode “cerming keliling”. Ini metode baru di dunia survai. Apa itu metode “cermin keliling”?
Survai “cermin keliling” itu lebih-kurang maksudnya begini. Orang yang disurvai disuruh berdiri di dalam ruangan yang berbentuk oktagon. Ruangan bersisi delapan. Semua sisi ruangan itu dipasang cermin. Sehingga, ke sisi mana pun Anda arahkan pandangan, pasti akan Anda lihat orang (bayangan atau figur) yang sama. Tidak ada bayangan lain.
Nah, dalam survai-survainya, Denny JA menempatkan Pak Jokowi di ruangan oktagon itu. Jadi, semua sisinya akan merekam bayangan atau gambar Pak Petahana. Di mana-mana ada Pak Jokowi. Besoknya, DJA merilis hasil ‘octagon survey’ itu. Pemenangnya pastilah Jokowi.