Prabowo Sosok Enigma
Dari luar, kita melihat Prabowo menoleransi skandal ini. Tetapi sebagai tokoh yang sangat bangga pada diri dan keluarganya, mestinya perbuatan Fufufafa tak dapat dimaafkan.
Memang, andaipun Prabowo punya niat untuk menyingkirkan Fufufafa, setidaknya hal itu sulit dilakukan sekarang dalam konteks keamanan dan masih kuatnya pengaruh Mulyono di kabinet dan berbagai institusi strategis negara. Atau, bukan tidak mungkin pandangan Prabowo terhadap Mulyono telah berubah secara fundamental.
Artinya, Prabowo sungguh-sungguh melihat Mulyono sebagai negarawan, yang program pembangunan dan pikirannya layak diikuti. Kalaupun demikian, mestinya ia tetap menarik jarak dengan Mulyono yang sedang dihujat untuk menampilkan dirinya sebagai presiden yang berwibawa dan independen.
De facto, hari ini Prabowo justru semakin tak terfahami. Ia adalah sosok enigma: seseorang yang asing atau misterius dan sulit untuk difahami atau dijelaskan. Ia merekrut kembali sebagian menteri kabinet Mulyono yang integritas dan kompetensinya dipertanyakan, serta ditengarai terlibat korupsi.
Di pihak lain, Mahkamah Agung justru menjadikan mantan Menteri Perdagangan (2015-2016) Tom Lembong sebagai tersangka tindak pidana korupsi. Pesan yang ingin disampaikan pemerintahan Prabowo adalah ia sungguh-sungguh berkomitmen memberantas korupsi. Juga mungkin sebagai penggentar bagi para pembantunya.
Tapi ini pesan yang salah — karena orang yang disasar tidak tepat — sehingga orang semakin mempertanyakan motif di balik peristiwa ini. Lepas dari benar tidaknya Lembong melakukan tipikor, orang-orang yang mengenalnya secara pribadi tak percaya ia melakukan hal keji itu. Peristiwa itu sudah lama terjadi.
Sesudah Lembong, ada tiga lagi Menteri Perdagangan lain yang melakukan impor gula kristal mentah yang jauh lebih besar ketimbang yang dilakukan Lembong.
Dus, publik menafsir kasus Lembong ini sarat dengan muatan politis. Ini sama sekali tidak menguntungkan rezim Presiden Prabowo yang membutuhkan legitimasi dan trust rakyat di awal pemerintahannya.
Peristiwa ini mengingatkan kita pada kasus mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang dipaksakan Mulyono untuk dijadikan tersangka korupsi Formula-E. Tujuannya melakukan character assassination terhadap calon presiden untuk pilpres 2024.
Dalam pilpres barusan, Lembong merupakan salah satu tokoh sentral dalam tim kampanye Anies. Agar kasus Lembong bisa diterima publik, MA harus menangani kasus ini secara fair, transparan, dan adil.
Akan lebih meyakinkan bila MA juga memeriksa para pejabat di pemerintahan saat ini, yang diduga kuat terlibat rasuah. Prabowo akan terlihat lebih jujur dan elegan bila ia membiarkan KPK menangani KKN yang ditengarai dilakukan putera-putera Mulyono.
Hal lain yang menguatkan dugaan bahwa Prabowo adalah reinkarnasi Mulyono adalah janjinya meneruskan proyek IKN sampai selesai dalam empat tahun.