INTERNASIONAL

Presiden Erdogan: Macron Perlu Perawatan Mental Soal Islam

Jakarta (SI Online) – Demi membela Islam yang akhir-akhirnya dilecehkan oleh Presiden Prancis, serangan balasan dilakukan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.

Erdogan mengatakan, Emmanuel Macron membutuhkan “perawatan mental” atas sikapnya terhadap kaum Muslimin dan Islam.

Sebelumnya, pada awal bulan ini, Macron berjanji akan melawan “separatisme Islam”, yang menurutnya mengancam akan mengambil kendali di beberapa komunitas Muslim di sekitar Prancis. Pernyataan itulah yang menuai teguran tajam dari Erdogan.

Prancis kemudian diguncang oleh kasus pemenggalan seorang guru sejarah awal bulan ini. Penyerang melakukan pembantaian karena guru tersebut penggunaan kartun Nabi Muhammad yang tidak senonoh untuk materi pelajaran soal kebebasan berekspresi.

“Apa masalah orang bernama Macron ini dengan Muslim dan Islam? Macron membutuhkan perawatan pada tingkat mental,” kata Erdogan dalam pidatonya di Kongres Partai AK yang dipimpinnya di kota Kayseri Turki tengah kemarin.

“Apa lagi yang dapat dikatakan kepada seorang kepala negara yang tidak memahami kebebasan berkeyakinan dan yang berperilaku seperti itu kepada jutaan orang yang tinggal di negaranya yang merupakan anggota dari agama yang berbeda?” Kata Erdogan. “Pertama-tama, lakukan pemeriksaan mental.”

Prancis mengatakan akan memanggil Duta Besar Turki untuk berkonsultasi setelah komentar Erdogan yang mempertanyakan kesehatan mental Macron.

“Komentar Presiden Erdogan tidak bisa diterima. Kekasaran bukanlah metode. Kami menuntut agar Erdogan mengubah arah kebijakannya karena berbahaya dalam segala hal,” kata seorang pejabat kepresidenan Prancis seperti dikutip Aljazeera.com, Ahad (25/10/2020).

Pejabat Prancis yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, juga mengatakan Prancis telah mencatat “tidak adanya pesan belasungkawa dan dukungan” dari presiden Turki setelah pemenggalan kepala guru Samuel Paty di luar Paris.

Presiden Turki mengatakan pada 6 Oktober setelah komentar awal Macron tentang “separatisme Islam”, bahwa pernyataan itu adalah “provokasi yang jelas” dan menunjukkan “ketidaksopanan” pemimpin Prancis.

red: a.syakira

Artikel Terkait

Back to top button