Pribadi Hebat Menurut Buya Hamka
Hamka kemudian menuliskan resep agar sebuah bangsa menjadi maju. Tutur ulama besar ini: “Kemajuan pribadi suatu bangsa dan kemerdekaannya tidak akan tercapai jika belum ada kemajuan dan kemerdekaan pribadi individu. Tanda-tanda menunjukkan bahwa derajat kemajuan dan kejayaan yang didapat oleh beberapa manusia di bidang yang dimasukinya, dapat pula dicapai oleh orang lain asalkan orang itu mempunyai pribadi yang kuat. Kemajuan pribadi sendiriakan menentukan tempat kita yang pantas dalam pergaulan hidup di bidang apapun.”
Meski pernah dipenjara Presiden Soekarno, Hamka menyatakan bahwa Soekarno adalah pribadi besar. Ia pemimpin yang bisa mengambil hati orang lain. Ulama ini juga menguraikan tentang kecerdikan pribadi Perdana Menteri Perancis, ketika mengatasi pemogokan massal rakyatnya. Juga Perdana Menteri Inggris, Lioyd George. Suatu saat ada seorang musuh politiknya menghina PM Inggris ini dengan menyatakan: “Tuan, masih ingatkah Tuan sekarang bahwa ayah Tuan dahulu adalah seorang tukang pedati. Dimana pedati itu sekarang dan dimana keledainya?” Jawab Lioyd dengan cepat: “Terima kasih Tuan. Sudah lama hal itu berlalu sehingga saya sudah lupa dimana pedati itu. Adapun keledainya baru hari ini saya dapati kembali dalam forum ini. Saya bersyukur Tuan bertanya.”
Agus Salim sebagai guru bangsa terkenal kecerdikan dan kebesarannya. Suatu saat ada seorang Belanda menghina Bahasa Indonesia kepada Salim. Ia menyatakan bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa jongos. Bahasa ini tidak bisa dipakai untuk bahasa pengetahuan.
“Bisa mengapa tidak? ”kata Salim.
“Apa bahasa Indonesia dari kata politik?”
Salim menjawab dengan sangat cepat,”Terjemahkan dahulu kata itu ke dalam bahasa Belanda. Nanti saya terjemahkan ke dalam bahasa Indonesia secepat itu pula.” Kata politik, dalam bahasa Belanda ‘politiek’.
Yang memunculkan pribadi besar, menurut Hamka adalah:
Daya Tarik
Cerdik
Menimbang rasa (empati)
Berani
Bijaksana
Berpandangan baik
Tahu diri
Kesehatan tubuh
Bijak dalam berbicara
Percaya kepada diri sendiri
Ibnu Sina mengatakan: “Orang yang arif senantiasa tersenyum simpul dan bermuka jernih. Bagaimana hatinya tidak bergembira. Padahal dia telah memperoleh kebenaran. Orang yang arif itu dermawan. Bagaimana dia tidak akan dermawan padahal harta benda baginya bukanlah kekayaan. Kekayaan sejati adalah cintanya pada kebenaran.”
Akhirnya Rasulullah saw menyatakan: “Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Dan mintalah pertolongan Allah dan jangan merasa lemah.” []
Nuim Hidayat, Anggota MIUMI dan MUI Depok.