Puisi Sinyal: “Ribut” atau “Reboot”?
V
Itulah kenapa kita bertempat tinggal di rumah kaya Indonesia tetapi kita masih tak tertera dan ternyanakan kemiskinan rakyat penghuninya berjuta-juta: miskin dalam artian sesungguhnya papa dan renta?
Tetapi faktanya lebih banyak lagi dalam jumlah besar miskin tentang moral: kejujuran, kebenaran dan keadilan yang seharusnya niscaya dan nyata untuk mewujudkan sebuah kekuatan esensi mendasar sebagai negara dan bangsa adi luhung nan digdaya tetapi bijaksana?
VI
Maka, narasi-narasi ini dibuat puisi sinyal menjadi pertanda:
Ketika kita akan memasuki momentum demokrasi yang transparan dan kentara sebagai hal yang lumrah untuk berganti sang penguasa lima tahunan sesuai perintah UUD 1945 sebagai Landasan hukum niscaya
VII
Tetapi faktanya sumir, bengkok dan semu membuat kedaulatan rakyat satu dasawarsa ini “mati suri” dan “mati rasa”
Belum apa-apa momentum event penyelenggaraan Pilpres dan Pemilu 2024 seperti terdesak atau terpaksa harus memilih pilihannya hanya dua bakal hanya menjadi ajang “ribut” saja?
Atau mewujudkan suasana dan menggelorakan pada bahana suara asa bermakna;
Dan “reboot” yang ini yang berarti bahwa negara dan bangsa ini bakal meraih kedigdayaan kembali dan mencapai kesejahteraannya kembali bagi rakyatnya yang dicita-cita landasan ideal Pancasila dan UUD 1945?
VIII
“Ribut” itu tentu ada perkara takzim karena rezim berkuasa nyaris satu dasawarsa “tak tersadarkan” telah menancapkan laksa jutaan paku di sebelanga nusa serta kuku-kuku tajamnya terjelma otoritarianisme yang membelenggu yang membuat rakyatnya hanya menjadi sengsara dan merana
Maksud hati memeluk gunung kesuksesan membangun berlaksa infrastruktur bangunan perkasa
Tapi siapa nyana hanya untuk kepentingan proyek-proyek semata tanpa perhitungan matang tanpa rencana
Tadinya IKN itu tak ada dan UU Omnibuslaw itu hanya direkayasa dengan membekuk pikiran dan suara aspirasi yang terborgol konspirasi lembaga DPR, MK dan MA
Mereka kroni alat rezim penguasa negara yang telah terbeli oligarki korporasi hanya sekelompok segelintir tapi meraksasa
Yang tak pernah berhenti haus “horny” mengeruk duit dan SDA negeri yang terbelantara tak terkira:
Menjadi ajang bancakan tikus-tikus bandit rakus korupsi membuncah di mana-mana, sementara berhutang tak peduli bergunung-gunung menjadi kelazimannya tak peduli kelak siapa penanggung bebannya
IX
Itulah kenapa, Sang Penguasa lama terbersit tak pedulikan konstitusi negara segalanya demi mempertahankan status quo partai dan korporasi oligarki pendukungnya bertaruh cara licik, curang dan keji berperkara:
Dengan cara rekayasa memperpanjang periode, menunda pemilu, membuat penguasa turunan dan boneka sampai tega tanpa ampun menjegal lawannya yang seharusnya memang mempunyai hak daulat rakyat yang sama
tapi juga dikeroyok para buzzer bayaran menyinyir dan memfitnah tanpa data dan fakta
Kalau begini bagaimana tak menjadi “ribut” biang kerok kekacauan dan kericuhan negara? Tak terbayangkan jika kemenangan penguasa boneka dari hasil kecurangan dan rekayasa: Indonesia bakal chaos, anarki yang meluluhlantakkan semua!