Rahasia Rabiulawal: Syukur atas Kelahiran, Bukan Ratapan Wafatnya Rasulullah Saw

Ahmad Syauqi berkata, sebagaimana dikutip oleh Syaikh Ali al-Shabuni dalam Al-Tibyān Fī ‘Ulūm al-Qur’ān:
جاء النبيون بالايات فانصرمت # وجئتنا بكتاب غير منصرم
اياته كلما طال المدى جدد # يزينهن جمال العتق والقدم
Para nabi terdahulu datang membawa mukjizat-mukjizat yang kemudian berakhir,
sedangkan engkau datang kepada kami dengan Kitab yang tidak akan pernah berakhir.
Ayat-ayatnya, semakin panjang rentang waktu berlalu, semakin tampak segar,
dihiasi oleh keindahan yang abadi dan kemuliaan yang terus bertambah dengan perjalanan zaman.
Hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an adalah mukjizat abadi Nabi Muhammad Saw. Jika mukjizat para nabi sebelumnya bersifat temporal dan berakhir dengan wafatnya mereka, maka Al-Qur’an tetap hidup, segar, dan relevan sepanjang zaman.
Keabadian Al-Qur’an sebagai dasar syariat Islam memberi kesan kuat bahwa pembawanya pun, yakni Rasulullah Saw, tetap “hidup” dalam arti spiritual dan kehadirannya senantiasa membimbing umat.
الأنبياءُ أحياءٌ في قُبورِهم يُصلُّونَ. وفي روايةٍ: إنَّ الأنبياءَ لا يُترَكونَ في قُبورِهم بعدَ أربعينَ لَيلةً، ولكنَّهم يُصلُّونَ بينَ يدَيِ اللهِ حتى يُنفَخَ في الصُّورِ.
Para nabi itu hidup di dalam kubur mereka; mereka melaksanakan shalat. Dan dalam sebuah riwayat disebutkan: Sesungguhnya para nabi tidaklah dibiarkan di dalam kubur mereka setelah empat puluh malam, melainkan mereka senantiasa shalat di hadapan Allah hingga ditiup sangkakala. (HR. Al-Bazzar dari Sahabat Anas bin Malik Ra.)
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa bulan Rabiulawal memiliki kedudukan istimewa karena di bulan inilah Nabi Muhammad Saw dilahirkan sebagai rahmat bagi seluruh alam.
Walaupun terdapat perbedaan pendapat mengenai tanggal kelahiran dan wafatnya beliau, umat Islam sepakat untuk memperingati kelahiran Nabi Saw sebagai bentuk rasa syukur, bukan kewafatannya yang membawa kesedihan.
Hal ini sekaligus menegaskan bahwa Islam lebih menekankan penguatan keteladanan dan syariat yang dibawa beliau sebagai penutup para nabi, bukan tradisi berkabung. Keabadian Al-Qur’an sebagai mukjizat terbesar Nabi Saw semakin menegaskan universalitas dan keberlangsungan risalah Islam sepanjang zaman, sehingga umat senantiasa memiliki pedoman hidup yang abadi dalam menjalani kehidupan. Demikian, wallāhu a’lam.[]
Zuhaili Zulfa, Mahasiswa PAI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.