Rahasia Tazkiyatun Nafs
Beginilah Allah membimbing kita dalam berjalan menjumpai-Nya. Dibersihkan dulu kita dari cinta dunia. Dimajinasikan-Nya diri kita bahwa perjumpaan dengan Allah di dunia ini memang hanya melalui kalbu tanpa bisa menjumpai Dzat Allah, kalau mau berjumpa maka harus melalui kematian. Maka orang-orang yang sedang berihram tidak lagi harus dikafani bila wafat dalam haji karena kain ihramnya sudah mewakili kafannya.
Jadi kita benar-benar dilatih untuk “mati” sebelum mati. Menikmati kematian sebelum mati. Sehingga kita tidak perlu takut mati. Karena kematian sejatinya akan membuat kita kembali berjumpa dengan orang-orang yang telah wafat mendahului kita, yang pernah kita cintai dan pernah kita tangisi kematiannya. Itulah bila mata hati yang memandang kematian. Lebih dari itu, kematian adalah proses awal kehidupan. Tidak akan ada kehidupan tanpa ada kematian.
Dialah yang menciptakan kematian dan kehidupan. Kedua kata ini tidak dapat dipisahkan karena kematian dan kehidupan adalah hal yang saling berkaitan. Contohnya adalah kehidupan kita. Kehidupan kita berasal dari benda mati, sesuatu yang tidak bernyawa. Dari tanah kemudian bertransformasi menjadi mani. Dari benda mati yang tidak memiliki unsur kehidupan sebelumnya.
Jadi, tidak ada yang sebenarnya perlu ditakuti dari kematian. Bahan baku dari kehidupan adalah kematian. Kematian kita hari ini adalah titik awal kehidupan yang akan datang. Bahkan kalau kita menatap dengna mata hati. maka kematian adalah perjumpaan dengan Sang Kekasih.
Dialah Allah yang tidak akan boleh ada nama yang serupa dengan miliknya. Lafaz Jalallah adalah lafaz milik-Nya dengan segala dimensi kehebatannya. Alif lam lam ha menjadi Allah. Menjadi nama yang Allah sendiri menamakan diri-Nya dengan nama itu. Yang ketika nama itu disebutkan, maka tunduklah semua ciptaan-Nya di alam ini. Tak peduli siapa pun dan apa pun akan tunduk pada hukumnya. Allah, lalu disebutkan salah satu sifat-Nya. Laa Ilaaha Illahu.
Tidak ada siapapun di dunia ini ini pantas disembah. Kita menghambakan diri dengan tawakal hanya kepada Allah. Di sini Allah mengajarkan manusia untuk mensucikan jiwa kita dengan satu kalimat dalam Alquran: Tauhid. Dzat yang paling mulia. Paling agung. Dan bila kita sampai pada tingkatan tersebut maka kita akan menafikkan yang lain selain Dia. Lafaz Jalallah adalah induk dari semua nama-Nya. Allah kemudian menamakannya dengan Asmaul Husna. Milik-Nya lah semua nama yang indah itu.
Mereka yang memahami Asmaul Husna pasti akan mencintai-Nya karena mereka tahu betul, siapa Yang memilikinya pastilah sesuatu Yang Mahatinggi. Yang tiada apapun yang bisa menyetarai-Nya. Bersyukurlah bila kita termasuk orang-orang yang mencintai Asma-Nya.
Tazkiyatun nafs adalah mengosongkan jiwa dari segala sesuatu yang selain Allah lalu mengisinya dengan nama Allah. Lalu mengisinya dengan ayat-ayat-Nya dan asma-Nya.
Untuk apa kalbu diciptakan? Untuk diisi dengan nama-nama-Nya. Untuk ditempatkan di dalamnya Al-Qur’an.
Maka, itulah tazkiyatun nafs. Apa indikatornya? Di dalam hati kita hanya ada satu keyakinan: iyyakana’budu waiyya kanasta’in. Itulah intinya. Hanya kepada-Mu saja kami mengabdi dan hanya kepada-Mu memohon pertolongan.
Dua itu harus selalu ada dalam hati. Bila itu dijaga maka berarti ayat-ayat Allah sudah ada di dalam hati kita. Itulah proses tazkiyah yang luar biasa yang akan membuat diri kita/ kalbu kita akan semakin terang.