Ramadan Bulan Perjuangan, Momentum Meluruskan Arah Pergerakan Mahasiswa
Ramadan tidak hanya bulan mulia penuh berkah, tetapi juga bulan perjuangan. Di bulan Ramadan, seorang muslim semestinya tidak hanya makin gencar beribadah, tetapi juga makin gencar berdakwah menegakkan amar makruf nahi mungkar, termasuk lantang bersuara dalam mengoreksi ketidakadilan yang dilakukan oleh penguasa.
Ya, bulan yang semestinya disambut penuh kegembiraan, nyatanya ternoda dengan berbagai problematika pahit yang membelit rakyat. Harga BBM, sembako, dan PPN yang dikabarkan meningkat. Minyak goreng yang terus saja mahal. Semua itu seolah menjadi lagu lama yang terus berulang saat Ramadan tiba.
Dada rakyat pun makin sesak melihat tingkah laku para elite pejabat yang mengembuskan wacana “tiga periode” dan penundaan pemilu. Sebab sejatinya rakyat sudah begitu lelah dengan berbagai kebijakan tuan penguasa yang makin tidak berpihak kepada rakyat. Rakyat nyata mengharapkan sebuah perubahan yang mampu mewujudkan kesejahteraan. Bukan janji-janji palsu yang dibalut dengan pencitraan, tetapi faktanya makin mengantarkan rakyat dalam jurang derita.
Alhasil, kondisi-kondisi tidak ideal inilah yang membuka kesadaran rakyat bahwa negeri ini sedang tidak baik-baik saja. Kesadaran ini pula yang mendorong gelombang aksi mahasiswa dan berbagai elemen rakyat di depan gedung DPR RI pada Senin, 11 April 2022. Sebuah aksi sebagai wujud sebuah perjuangan menuju perubahan. Pertanyaannya, mampukah pergerakan ini meraih perubahan yang hakiki?
Tanda pagar “Aksi Nasional 114” memuncaki trending topic Twitter sejak Senin pagi (11/4). Tagar tersebut menjadi sorotan warganet berkaitan dengan digelarnya aksi demonstrasi mahasiswa yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) di depan gedung DPR RI, pada Senin, 11 April 2022. Tidak hanya di Jakarta, aksi serupa juga dilakukan oleh mahasiswa di beberapa kota di Indonesia. Tercatat, setidaknya ada enam tuntutan yang disampaikan oleh mahasiswa dalam aksi tersebut. (tribunnews.com, 11/4/2022).
Aksi Nasional 114 ini jelas patut diapresiasi. Menjadi sinyal baik bagi negeri. Sebab mahasiswa kembali menjalankan perannya sebagai agen perubahan, serta pengontrol kebijakan tuan penguasa yang makin tampak berpihak kepada oligarki kapital.
Aksi mahasiswa ini pun semestinya tidak ditunggangi dengan kepentingan apa pun, murni semata-mata demi membela kepentingan rakyat. Oleh karena itu, pergerakan mahasiswa yang memanas ini semestinya didasari dengan konsep dan tujuan yang benar. Sehingga energi, jiwa, harta, pikiran, dan tenaga tidak dikorbankan secara sia-sia. Perubahan yang diraih juga bukanlah perubahan semu yang menipu, melainkan perubahan hakiki sesuai harapan rakyat.
Tak ayal lagi, di tengah kondisi yang makin mencekik nasib rakyat, penting membangun kembali kesadaran dan peran mahasiswa. Bahwa sejatinya jalan perubahan bukanlah sebatas desakan, tuntutan, dan penolakan merespons berbagai kebijakan yang menindas; karena desakan dan tuntutan tersebut jelas belum mampu menuntaskan problematika yang ada.
Sebab makin tampak bahwa derita dan ketidakadilan yang menimpa rakyat, sejatinya berakar dari penerapan sekularisme-kapitalisme di seluruh aspek kehidupan. Dengan demokrasi sebagai jalan mulus yang menjadi rahim lahirnya berbagai undang-undang yang mengakomodasi kepentingan oligarki kapital. Sementara rakyat hanya menjadi batu loncatan untuk meraih kursi kekuasaan, sedangkan nasibnya makin memilukan.
Alhasil, di bulan Ramadan ini, saat seorang muslim dituntut untuk totalitas dalam ketaatan, penting bagi mahasiswa muslim untuk membangun konsep yang jelas dan benar untuk mencabut sistem rusak nan merusak ini. Tentunya konsep tersebut merupakan sebuah konsep yang dilandasi oleh akidah yang benar dan lurus, yakni Islam.
Untuk itu, menjadi kewajiban bagi mahasiswa muslim untuk menjadikan akidah Islam sebagai landasan pergerakannya. Dakwah tanpa kekerasan, sebagaimana Rasulullah Saw. contohkan, sebagai jalan mewujudkan kebangkitan dan perubahan hakiki. Sementara tujuan pergerakannya diarahkan untuk mencabut sekularismekapitalisme hingga akarnya. Kemudian menggantinya dengan sistem Islam yang diterapkan secara komprehensif sebagai solusi dari segala problematika kehidupan rakyat. Insyaallah. Wallahu’alam bishshawwab.
Jannatu Naflah, Praktisi Pendidikan dan Pemerhati Masyarakat.