Ramadhan Bulan Al-Qur’an
Adapun Shuhuf, Taurat, Zabur, dan Injil, maka diturunkan secara sekaligus kepada Nabi yang diturunkan atasnya. Sedangkan Al-Quran diturunkan secara sekaligus ke Baitul ‘Izzah yang berada di langit bumi. Hal itu terjadi pada bulan Ramadhan di malam Lailatul Qadar, sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, “Sesungguhnya kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada Lailatul Qadr.” (Al-Qadr: 1). Dan Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam yang diberkati…” (Ad-Dukhan: 3). Kemudian diturunkan setelahnya secara berangsur-angsur berdasarkan peristiwa-peristiwa yang dialami Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam–.” (Tafsir Ibnu Katsir: 1/263)
Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali –rahimahullah– berkata, “Bulan Ramadhan memiliki keistimewaan dengan Al-Qur’an, berdasarkan firman Allah ta’ala, “Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an..” (Al-Baqarah: 185). Ibnu Abbas –radhiyallahu ‘anhuma– berkata, “Sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan secara sekaligus dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul Izzah pada malam Lailatul Qadar. Yang menguatkan dengan hal adalah firman Allah ta’ala , “Sesungguhnya kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada Lailatul Qadar.” (Al-Qadr: 1) dan firman Allah ta’ala, “Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam yang diberkati…” (Ad-Dukhan: 3) serta hadits yang diriwayatkan oleh ‘Ubaid bin ‘Umair –radhiyallahu ‘anhu– bahwasanya Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– dimulai dengan wahyu dan diturunkan Al-Qur’an atasnya pada bulan Ramadhan. Dalam kitab Al-Musnad, disebutkan hadits dari Watsilah bin Al-Asqa’, dari Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– bersabda, “Shuhuf Ibrahim diturunkan pada malam pertama Ramadhan, Taurat diturunkan pada enam Ramadhan, Injil diturunkan pada tiga belas Ramadhan, dan Allah menurunkan Al-Qur’an pada dua puluh empat Ramadhan.” (HR. Ahmad). Dan Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam– memperpanjang bacaan Al-Quran pada qiyam Ramadhan lebih banyak dari bulan lainnya. (Lathaif Al-Ma’arif: 219-220).
Karena bulan Ramadhan merupakan bulan Al-Qur’an, maka amalan yang paling utama di bulan Ramadhan ini setelah puasa adalah tadarus Al-Qur’an sebagaimana dilakukan oleh Rasullullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam–. Beliau selalu bertadarus Al-Qur’an dengan malaikat Jibril ‘alaihissalam pada setiap malam Ramadhan.
Dalilnya, hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas –radhiyallahu ‘anhuma –, beliau menceritakan, “Adalah Nabi -shallallahu ‘alaihi wa sallam- merupakan sosok yang paling dermawan. Terlebih lagi di bulan Ramadhan ketika Jibril menjumpainya untuk mengajarinya Al-Qur’an. Jibril menemui beliau di setiap malam Ramadhan untuk mengajarinya Al-Quran. Maka ketika Jibril menjumpainya, beliau adalah orang yang paling dermawan, lebih dari angin yang bertiup.” (Muttafaq ‘alaih).
Mengomentari hadits ini, Imam An-Nawawi –rahimahullah– berkata sebagaimana yang dinukilkan oleh Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitabnya Fathul Baari, “Dalam hadits ini ada faidah-faidah: Di antaranya: Pertama; disunnatkan untuk dermawan pada setiap waktu. Kedua; disunnatkan menambah dermawan pada bulan Ramadhan dan ketika berkumpul dengan orang-orang shalih. Ketiga; disunnatkan mengunjungi orang-orang shalih dan mengulanginya jika orang yang dikunjungi tidak keberatan. Keempat; disunnatkan memperbanyak membaca Al-Qur’an pada bulan Ramadhan. Kelima; membaca Al-Qur’an lebih utama dari semua zikir, karena seandainya zikir itu lebih utama atau sama dengan membaca Al-Qur’an maka pasti beliau melakukannya.” (Fathul Baari: 1/43)
Imam Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani –rahimahullah– berkata: “Hadits ini mengisyaratkan bahwa permulaan turunnya Al-Qur’an itu pada bulan Ramadhan, karena turun Al-Qur’an ke langit dunia itu secara sekaligus pada bulan Ramadhan sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas. Jibril mengunjunginya (Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam–) dalam setiap tahun, maka ia (Jibril) menyampaikan kepadanya dengan apa yang diturunkan atasnya pada setiap Ramadhan. Ketika tahun beliau wafat padanya, Jibril menyampaikannya dua kali sebagaimana disebutkan dalam hadits yang shahih yang diriwayatkan oleh Fatimah radhiyallahu ‘anha.” (Fathul Baari: 1/43).
Dalam kitabnya Lathaif Al-Ma’arif,, Imam Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hambali –rahimahullah– menjelaskan hadits tersebut, “Hadits ini menunjukkan disunnatkannya belajar Al-Qur’an di bulan Ramadhan dan berkumpul untuk itu serta memperdengarkan Al-Qur’an kepada orang yang paling paham tentang Al-Qur’an. Hadits ini juga dalil disunnatkan memperbanyak membaca Al-Qur’an pada bulan Ramadhan.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Fatimah radhiyallahu ‘anha dari ayahnya –shallallahu ‘alaihi wa sallam–. bahwa Jibril ‘alaihissalam memperdengarkan Al-Qur’an kepadanya setiap tahun sekali, dan dia memperdengarkan Al-Qur’an, kepadanya pada tahun wafatnya dua kali. (Muttafaq ‘alaih).
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas disebutkan bahwa tadarus yang berlangsung antara beliau (Nabi –shallahu ‘alaihi wa sallam-) dan Jibril itu pada malam hari, menunjukkan disunnatkannya memperbanyak membaca Al-Qur’an di bulan Ramadhan pada malam hari. Sebab, di malam hari tidak ada lagi kesibukan, dan semangat menguat, serta hati dan lisan akan saling bersepakat untuk tadabbur sebagaimana firman Allah ta’ala, “Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyu’) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.” (Al-Muzammil : 6).” Demikian perkataan Imam Ibnu Rajab Al-Hambali (Lathaif Al-Ma’arif: 219),
Jibril –‘alaihissalam– selalu mendatangi baginda Nabi Muhammad –shallallahu ‘alaihi wa sallam– di setiap Ramadhan untuk mengajarinya Al-Qur’an. Pengkhususan Jibril ‘alaihissalam bulan Ramadhan tentu menjadi sinyal kuat bahwa Ramadhan benar-benar waktu istimewa sehingga ia pantas menjadi waktu tadarus Al-Qur’an.