#Ramadhan Berkah 1446 HOASE

Ramadhan Menepi

Waktu berjalan begitu cepat berlalu. Tidak terasa kini kita telah di penghujung bulan Ramadhan. Ramadhan terus bergerak menepi dan akan meninggalkan kita. Harap dan cemas itulah perasaan yang menggelayuti hati setiap mukmin.

Sejatinya seorang mukmin tidak ingin berpisah dengan Ramadhan. Namun, apa dikata, ada pertemuan pasti ada perpisahan. Siap bertemu berarti siap berpisah.

Harapan seorang mukmin menjadi pribadi berjiwa Rabbani, jiwa yang terbimbing untuk memperjuangkan nilai-nilai Islam yang diwariskan oleh para nabi dan rasul. Jiwa yang selalu merasakan pengawasan Allah dalam seluruh aktifitas kehidupan.

Menjadi mukmin yang berakhlak Qur’ani, yang menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman dan kurikulum kehidupan. Jiwa yang mampu menjiwai apa yang dibaca dan ditadabburi dari Al-Qur’an selama Ramadhan, berlemah lembut kepada sesama muslim dan bersikap tegas kepada musuh-musuh Islam.

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka, kamu lihat mereka rukuk dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud …” (Q.S. Al-Fath [48]: 29).

Kecemasan bagi mukmin akan amaliyah selama Ramadhan berbuah petaka, yakni kesia-kesiaan tanpa pahala. Selama bulan Ramadhan, merasa belum maksimal dan sungguh-sungguh dalam melaksanakan setiap amalan ibadah Ramadhan.

Khawatir akan puasanya yang hanya sekadar berbuah lapar dan dahaga. Sebab Rasulullah Saw bersabda, “Betapa banyak orang yang berpuasa namun tidak mendapatkan dari puasanya kecuali hanya rasa lapar dan dahaga.” (H.R. Thabrani).

Khawatir akan qiyamullail-nya yang hanya sekadar menghasilkan rasa lelah dan kantuk. Sebab Rasulullah Saw bersabda, “Betapa banyak orang yang mengerjakan qiyamullail hanya mendapatkan bergadang dan rasa lelah saja.” (H.R. Ahmad).

Dan, khawatir keluar dari bulan Ramadhan justru malah tidak diampuni dosa-dosanya. “Sungguh terhina dan rendah orang yang datang kepadanya Ramadhan kemudian bulan tersebut berlalu sebelum diampuni untuknya (dosa-dosanya).” (H.R. Tirmidzi).

Tanpa disadari air mata mengalir begitu deras melintasi pipi, dan berlinang meninggalkan sembab. Lantas, menghela nafas sangat dalam penuh makna, begitu cepat waktu berlalu, akankah kesempatan ini terulang pada tahun yang akan datang?

Semoga Allah membimbing kita kaum Muslimin agar dapat mengakhiri Ramadhan tahun ini dengan indah, melanjutkan kebiasan baik yang diajarkan oleh Ramadhan, dan dapat bertemu kembali dengan Ramadhan tahun depan. Amin. []

Imam Nur Suharno, Pembina Korps Mubaligh Husnul Khotimah, Kuningan, Jawa Barat.

Artikel Terkait

Back to top button