Ramadhan, Mengembalikan Cahaya di Tengah Gulita

Makna bacalah tentu tidak sebatas membaca tulisan, lebih daripada itu membaca kondisi yang terjadi. Maka kita bisa menemukan dalam Al-Qur’an kisah-kisah nabi terdahulu yang memberikan hikmah sebagaimana kisah Nabi Yusuf as ketika mendapat pengkhianatan dari saudara-saudaranya, namun akhirnya Allah emngangkat derajat nabi Yusuf dan dikumpulkan lagi bersama saudaranya dengan kebahagiaan.
Hal yang sama terjadi pada baginda Nabi Saw saat kehilangan support system istri dan pamannya yang selalu membersamai dan membela, beliau diusir kaumnya. Namun kita pun tahu akhir kisah, rasulullah melakukan pembebasan Makkah dan mengatakan hari ini tidak ada lagi kebahayaan bagi kalian.
Demikianlah spirit wahyu yang menuntun rasulullah, menjadikan Al-Qur’an sebagai jalan yang terang dan lurus. Sebagaiman firman Allah SWT: “Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil.” (QS. al-Baqarah:185).
Karena itu, hadirnya Al-Qur’an menjadi pembeda menentang segala bentuk kemaksiatan dan kezaliman. Membawa manusia dari kegelapan menuju cahaya yang terang menderang.
Demikian pula seharusnya bulan Ramadhan harus menjadi momentum membumikan Al-Qur’an, tentu tidak hanya dengan mendaras dan menghafalkannya, akan tetapi membumikan Al-Qur’an adalah menjadikannya petunjuk, pedoman kehidupan untuk menilai benar dan salah, hak dan batil. Menjadi standar dalam menilai segala sesuatu, merujuk hukumnya berdasarkan Al-Qur’an bukan dengan hawa nafsu manusia.
Penerapan aturan Islam secara kaffah dalam naungan sistem Islam akan menjadi cahaya yang menerangi gulita kehidupan jahiliyah yang telah banyak menyengsarakan manusia, lepas dari visi penciptaanya yakni beribadah kepada Allah.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam surat al Ma’idah ayat 50: “Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki? (Hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang meyakini (agamanya)?”
Wallahu’alam bi shawwab
Ernadaa Rasyidah