Rasulullah Pergi ke Thaif, Begini Analisisnya
Pasca wafatnya Abu Thalib dan Khadijah, serangan dan penyiksaan secara fisik terhadap Rasulullah semakin meningkat. Sebagian sahabat telah diperintahkan hijrah ke negeri Habasyi. Rasulullah sendiri memilih pergi ke Thaif. Apa pertimbangan beliau?
Sungguh dunia ini terasa sempit bagi Rasulullah Saw setelah pamannya Abu Thalib dan istrinya Khadijah ra meninggal. Sebab masing-masing memiliki keistimewaan bagi Rasulullah Saw.
Abu Thalib keistimewaannya adalah selalu membela dan menjaga Rasulullah dari serangan dan penyiksaan fisik. Sedangkan Khadijah keistimewaannya adalah selalu menghibur Rasulullah dan membantu melepaskan kesulitannya dengan memberinya kata pencerahan dan optimisme yang membuat hati beliau merasa tentram. Beliau juga selalu menanamkan spirit kebulatan tekad yang membuat Rasulullah sangat bersemangat dalam mewujudkan keinginannya.
Sebagian para sahabat beliau telah pergi meninggalkan keluarganya dan tanah kelahirannya ke negeri Habasyi, dan sebagian yang lain yang masih di Makkah selalu mendapatkan penyiksaan dari kaum kafir Quraisy.
Bahkan, Beliau Saw pun tidak luput mendapatkan perkataan ejekan dan perbuatan-perbuatan yang menyakitkan. Mereka disiksa bukan karena melakukan kesalahan apa pun, melainkan karena mereka menyembah Allah SWT dan mengingkari sesembahan-sesembahan palsu selain Allah.
Kaum kafir Quraisy sebagai pihak yang memegang kekuasaan, sedangkan Rasulullah Saw sebagai pihak yang memegang erat keimanan. Tampak bagi Rasulullah Saw bahwa keimanan dan kebenaran harus ditopang oleh kekuasaan. Rasulullah Saw berfikir, kalau saja beliau mampu mendapatkan daerah yang aman yang memungkinkan mengumpulkan para sahabatnya dan mendirikan kekuasaan di daerah itu, niscaya beliau mampu menemukan tempat/iklim yang cocok untuk akidah Islam di bawah naungan kekuasaan. Sebab dengan berada di bawah naungan kekuasaan, Islam akan mampu tumbuh dan berkembang.
Rasulullah Saw mulai mengamati dan menganalisa tempat-tempat dan daerah-daerah yang memungkinkan ditegakkannya kekuasaan, maka beliau mendapatkan bahwa Thaif merupakan tempat atau daerah terbaik untuk hal itu.
Setidaknya ada tiga faktor yang mendukung.
Pertama, faktor kemanusiaan. Di Thaif ada bani Tsaqif yang di sana banyak hidup saudara ibu Rasulullah Saw. Mereka adalah keluarga dekat diharapkan dapat memberikan perlindungan dan pengawasan terhadap Rasulullah Saw. Di samping itu, di sana ada hubungan kekeluargaan melalui pernikahan (besanan) antara salah seorang pemimpin Thaif dan Quraisy, sebagaimana kebiasaan bangsa Arab yang sangat menjaga hubungan semacam ini.
Dengan demikian, Rasululah Saw mengira jika beliau pergi ke Thaif dan menyeru penduduknya agar beriman kepadanya, meminta bantuannya dalam membangun pondasi Islam, dan mengajaknya bersama-sama dalam menghadapi orang-orang yang menentangnya, maka penduduknya sekali-sekali tidak akan ragu-ragu lagi untuk menerima apa yang dibawanya kepada mereka, sebab apa yang dibawanya itu adalah suatu kebenaran, sedang manusia harus menjadikan kebenaran sebagai penunjuk jalannya, begitu juga menolongnya merupakan bagian dari tuntutan-tuntutan yang harus dipenuhi oleh manusia.
Kedua, faktor ekonomi. Thaif merupakan daerah pertanian dan banyak menyimpan sumber daya alam. Sehingga, kalau Allah menakdirkan Thaif sebagai daerah yang baik bagi dakwah Islam dan orang-orang yang menerimanya juga tinggal di sana, maka Rasulullah dan para sahabatnya pasti mendapatkan kemudahan hidup yang sangat membantu mereka dalam menyebarkan dakwah, mendirikan negara yang tentu membutuhkan banyak harta untuk mempersenjatai angkatan perangnya, dan dalam membangun perlengkapan-perlengkapan lainnya.
Ketiga, faktor strategi. Thaif merupakan daerah yang berada di puncak gunung. Sedang gunung menjamin adanya perlindungan bagi siapa saja yang tinggal di sana, sebab di gunung terdapat banyak tebing yang curam. Eksistensi dan kekuatan militer akan terjaga.
Jalan ke Thaif adalah jalan pegunungan juga. Yaitu jalan yang berliku-liku dan dikelilingi tebing-tebing yang curam, sehingga menjamin adanya perlindungan bagi yang melewatinya, sebab dia dengan mudah bersembunyi di antara tebing-tebing itu.
Dengan demikian, keberadaan daerah yang seperti ini sangat berguna bagi para sahabat Rasulullah Saw ketika mereka ingin bergabung dari Makkah ke Thaif.
Di samping itu, Thaif merupakan daerah yang berbenteng, sehingga hal itu sangat membantu Rasulullah Saw ketika beliau dikepung dengan manjanik (alat pelontar batu) yang akan menghancurkan bentengnya.
Dengan demikian, kalau negara Islam mampu ditegakkan di Thaif, maka sulit bagi para musuh untuk mencapainya. Meski di Madinah juga terdapat benteng, namun berbeda dengan benteng di Thaif dilihat dari sisi strategi defensifnya, sehingga dengan kelebihannya itu sulit menundukkan dan menaklukan Thaif.
Inilah setidaknya yang menjadikan Thaif sebagai daerah sasaran Rasulullah Saw untuk tegaknya Islam dalam bingkai negara. []